Jumlah dalam Bahasa Arab

A.    Pengertian

Jumlah dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan susunan kalimat yang terdiri dari dua kata. Sebelum kita membahasJumlah ismiyah lebih jauh ada baiknya kita bahas terlebih dahulu pengertian Al Ismu atau al Ismyah.

B.     Pembagian

1.      Jumlah Ismiyah

Jumlah ismiyah adalah Setiap kalimat yang tersusun dari mubtada dan khabardinamakan Jumlah ismiyah.[1]Pendapat lain berpendapat :Selain itu Jumlah ismiyahmerupakan susunan kalimat yang diawali dengan Isim (kata benda).  

Contoh: 

(المَسْجِدُ كَبِرٌmasjid itu besar)

( الدَارُ وَاسِعَةٌ  rumah itu luas )

Dari contoh di atas lafaz al masjidu adalah mubtada’, dan lafaz kabiirun adalahkhobarMubtada’ adalah Isimyang terletak di awal Jumlahyang di baca Rofa’.

Khobar adalah Isim yang berfungsi untuk melengkapimubtada’ agar menjadi kalimat yang sempurna atau dalam bahasa arab dikenal dengan al jumlah al mufidah, begitu pun contoh yang lainnya.

Al Ismu adalah lafaz dalam bahasa arab yang menunjukkan makna suatu benda.Contoh:  Muhammad,qolamun (pulpen), kirdun  (kera).

Di dalam Al Ismuterdapat tanda-tanda. Di antaranya adalah

a.       Menerima AL

Contoh: Rumah (البيت) ,Papan tulis السبورة

b.      Menerima tanwin

Contoh: kitabunbukuكتاب

c.       Biasa di dahului oleh huruf jar.

Huruf  jar yaitu (didalam) في, (ke)  الي, (dari) من, ( عن, (diatas) علي, (seperti)  الكاف, (dengan) الباء.

Contoh: (didalam masjid) في المسجد (ke rumah)الي بيت ,(dari kelas) من فصل.

Dalam Jumlah ismiyahterdapat kaidah-kaidah yang pembahasannya sangat panjang dan mendetail.

a.        Dibaca Rofa

Tanda Rofa’ pada Isimadalah dhommah, wawudan  alif

Contoh:البَيْتُ صَغِيْرٌ rumah itu kecil), al muslimuuna mahiiruunaالمُسْلِمُوْنَ مَهِيْرُوْنَ ( orang-orang muslim itu pintar), al tholibaani ‘alimaaniالطَالِبَانِ عَاِلمَانِ   ( dua murid itu pintar).

b.        Mubtada’ harus berupa Isim Ma’rifat.

Yang di maksud Isim Ma’rifat adalah Isim yang sudah jelas maknanya. Isim ma’rifat bisa berupa:

c.        Isim alam ( nama sesuatu)

Contoh:  ahmadun  اَحْمَدٌ( nama orang), Indonesiaاِنْدُوْنِيْسِيَا  ( nama Negara), baitunبَيْتٌ ( namatempat)

d.       isim dhomiir

Isim dhomiir yang bisa menjadi mubtada ’hanyalah isim dhomir yang munfasil yaitu:

ü  هو (dia Laki-laki 1),

ü  هما ( dia laki-laki 2),

ü  هم ( mereka laki-laki banyak),

ü  هي  ( dia perempuan 1)

ü  هما  ( dia perempauan 2),

ü  هنّ ( mereka pr),

ü  انت ( kamu laki-laki 1),

ü  انتما  ( kamu laki-laki 2),

ü  انتم (kalian laki-laki),

ü  انت (kamu 1 perempuan),

ü  انتما (kamu 2 perempuan),

ü  انتنّ ( kalian perempuan),

ü  انا (saya),

ü  نحن ( kami / kita).

Contoh: هُوَ طَوِيْلٌ( dialaki-laki 1 tinggi),  اَنْتَ مُدَرِسٌ (kamu laki-laki 1 guru)

e.        Isim yang kemasukan al

Contoh:    الفصل جميل( kelas itu indah)

f.         Khobar berupa isim nakiroh

Isim nakiroh adalah isimyang maknanya tidak jelas atau masih umum.Tanda isim nakiroh adalah adanyatanwin.

Contoh:

) البِلَاطَ نَظِيْفٌ lantai itu bersih)

g.        Mubtada’ dan khobar harus bersesuaian dalam halmuannas dan muzakarserta mufrod, musanna danjama’nya.

Contoh;

 فَاطِمَةُ جَمِيْلَةٌ  (fathimah itu cantik) زَيْدٌ جَمِيْلٌ( zaid itu ganteng)الكرة صغيرة  ( bola itu kecil ) التلميذان ماهران (murid dua itu pintar) الطالبون ضاحكون ( murid-murid itu adalah orang-orang tertawa).

2.      Jumlah Fi’liyah

Jumlah fi’liyah menurut bahasa terbagi menjadi dua kalimat, yaitu: jumlah yang artinya kalimat dan fi’liyahdiambil dari kata fi’il dan ya’ nisbah. Adapun fi’il (kata benda)artinya al-hads(kejadian, peristiwa) dan menurut istilah artinya kata yang menunjukkan suatu makna dan terikat dengan tiga masa yaitu masa lampau, sekarang dan yang akan datang.[2]

            Sedangkan menurut istilahjumlah fi’liyah adalah:

هي التي تبدأ بفعل وتكون مركبة من فعل وفاعل أو من فعل ونائب فاعل

“Jumlah fi’liyah adalah kalimat yang dimulai (diawali) dengan fi’il (predikat) dan tersusun dari fi’il dan fa’il (subjek) atau fi’il(kata kerja) dan naibul al-fa’il”.[3]

Kaidah-kaidahnya terdiri dari fi’il dan fa’il yang terkadang membutuhkanmaf’ul yang disebut sebagai fi’il muta’addi dan terkadang pula tidak membutuhkannya yang disebut sebagai fi’il laazimkarena maf’ul bukanlah syarat mutlak terbentuknya jumlah fi’liyah. Juga terdiri dari fi’il dannaibul fa’il, fi’ilnya dinamakan sebagai fi’il majhul(intransitive).

Selanjutnya kita akan mencoba membedah mengenaifa’il dan naibul fa’il yang keduanya erat kaitannya dengan  jumlah fi’liyah.

a.      Fa’il

Pengertian fa’il (subjek) adalah isim yang menunjukkan orang yang mengerjakan suatu pekerjaan dan kedudukannya dalam I’rabadalah marfu’. Sedangkan menurut pendapat lainmengartikan fa’il menurut istilah adalah isim marfu’yang fi’ilnya disebutkan sebelumnya. Kemudian dijelaskan oleh Muhyiyuddin bin Abdul Hamid didalam kitabnya At-tuhfah As-saniyah bahwasannya fa’ilsecara global (umum) terbagi menjadi dua, yaitu:Isim Sharih dan isim muawwal bi ash-sharih.Isim Sharih terbagi menjadi dua, yaitu:

1)      Isim dzahir

Ialah isim yang menunjukkan maknanya tanpa membutuhkanqarinah (indikasi yang lain)[4], misalnya: 

الفعل المضارع                    الفعل الماضي

يجلس أحمد                        جلس أحمد

يجلس الصديقان                   جلس الصديقان

يجلس المسلمون                 جلس السلمون

يجلس الأصدقاء                   جلس الأصدقاء

تقوم المسلمة                        قامت المسلمة

تقوم المسلمتان                     قامت المسلمتان

تقوم المسلمات                     قامت المسلمات

تسافر الزنايت                    سافرت الزنايت

2)      Isim mudhmar

Ialah isim (kata benda) yang tidak menunjukkan maksudnya melainkan dengan bantuan qarinah(indikasi) takallum[5],khithab[6] danghaibah[7]

b.      Naibul Fa’il

Naibul Fa’il Ialah Isim marfu’ yang tidak disebutkanfa’ilnya.Dalam suatu jumlah(kalimat) seharusnya membutuhkan fi’il (predikat), fa’il (subjek) dan maf’ul bih (objek). Akan tetapi, dalam pembahasan ini, kita hanya menggunakan fi’il (predikat) dan naibul fa’il (pengganti fa’il). Maka jumlah (kalimat) aktif yang memenuhi tiga syarat diatas diubah menjadi jumlah (kalimat) pasif yang tidak disebutkan fa’ilnya. Adapunfi’il(subjek) yang digunakan dalam jumlah (kalimat) pasif adalah fi’il majhul dan kaidahnya sebagai berikut:

فـإن كان الفعل ماضيا ضم أوله وكسر ما قبل آخره وإن كان مضارعا ضم أوله وفتح ما قبل آخره[8]

“Jika fi’il madhi maka huruf yang pertamanya didhammahkan dan huruf sebelum akhirnya dikasrahkan. Adapun untuk fi’il mudhari’ maka huruf yang pertama didhammahkan dan difathahkan hurufnya sebelum akhirnya.”

Contoh dari fi’il madhi yangdidhammahkan huruf pertamanya dan dikasrahkanhuruf sebelum akhirnya adalah

فُتِح الباب

قُتِل الكافرون

قُرِأت الرسالة

Menurut Ash-shanhaji didalam matan Al-Aajurumiyah, naibul fa’il terbagi menjadi dua macam yaitu dhahir dan mudhmar. Sedangkan menurut Fu’ad Ni’mah  naibul fa’il terbagi menjadi empat, yaitu: isim mu’rab, isim mabni, mashdar muawwal dan masdar sharih (dzarfu muttasharif / jar dan majrur).

Comments

Popular posts from this blog

Makalah Pengelolaan Kelas

Makalah Al-Istikhfam dan Al-Istihrad

Makalah Husnut Ta'lil Balaghah