Metode Gramatika dan Terjemah dalam Bahasa Arab

A.    Pengertian Metode Gramatika dan Terjemah

Metode gramatika dan terjemah ini merupakan hasil karya dari pemikiran beberapa orang sarjana Jerman, yaitu Johan Seidenstucker, Karl Plotz H.S Ollendorf, dan Johan Meidinger. Metode ini cukup mendominasi pengajaran bahasa asing di daratan Eropa dari tahun 1840-an, hingga tahun 1940-an.[1]

Ketika awal kebangkitan Eropa (abad 15), banyak sekolah-sekolah  dan universitas-universitas di Eropa yang mengharuskan para pelajar/mahasiswanya belajar bahasa Latin, karena dianggap mempunyai nilai pendidikan yang tinggi guna mempelajari teks-teks klasik (Al-Araby, 1981). Metode ini merupakan pencerminan yang tepat dari cara bahasa-bahasa Yunani Kuno dan Latin diajarkan selama berabad-abad (Subyakto, 1993). Akan tetapi penamaan metode klasik ini dengan “Grammar Translation Method” baru dikenal pada abad 19, ketika metode ini digunakan secara luas di benua Eropa (Brown, 2001).[2]

Metode ini merupakan gabungan dari metode gramatika dan metode terjemah yaitu dengan cara mempelajari bahasa asing yang menekankan pada qowaid atau kaidah-kaidah bahasa untuk mencapai ketrampilan membaca, menulis, dan menterjemah.[3]Metode ini bahkan harus kita akui sebagai metode yang paling populer digunakan dalam pembelajaran bahasa asing baik di sekolah, pesantren, maupun perguruan tinggi.[4]

Ada dua pendekatan teori yang mendasari pengajaran bahasa, yaitu teori tata bahasa tradisional dan struktural. Keduanya memiliki pandangan yang saling berseberangan dalam hal tata bahasa. Teori tradisional menekankan adanya satu tata bahasa yang semesta (al-qowaa’id al-‘alamiyyah), sedangkan teori struktural memandang bahwa struktur bahasa-bahasa di dunia tidak sama.[5]

Metode  gramatika dan terjemah memandang bahasa secara preskriptif, dengan demikian kebenaran dari suatu bahasa berpedoman kepada petunjuk tertulis, yakni aturan-aturan gramatikal yang ditulis oleh para ahli bahasa. Ba’labak menjelaskan bahwa dasar dari metode ini adalah hafalan kaidah-kaidah dan analisa gramatika terhadap wacana, kemudian terjemahnya kedalam bahasa yang dipergunakan dalam pengantar pelajaran. Artinya metode ini menekankan para peserta didik untuk memahami bahasa dengan logis yang bersandar pada analisa juga cermat pada aspek kaidah tata bahasa tersebut dan bukan untuk melatih para peserta didik agar pintar berkomunikasi secara aktif.[6]

Tujuan metode ini menurut Al-Naqah dalam buku Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab Acep Hermawan adalah agar para pelajar pandai dalam menghafal dan memahami tata bahasa, mengungkapkan ide-ide dengan menerjemahkan bahasa ibu atau bahasa kedua ke dalam bahasa asing yang dipelajari, dan membekali mereka agar mampu memahami teks bahasa asing dengan menerjemahkannya ke dalam bahasa sehari-hari atau sebaliknya.[7]

Dengan demikian, dapat kita fahami bahwa ada dua aspek yang sangat penting dalam metode gramatika dan terjemah ini, yaitu: Kemampuan menguasai kaidah tata bahasa dan kemampuan untuk menerjemahkan. Dua kemampuan ini merupakan modal dasar untuk dapat menstranfer ide ke dalam tulisan dalam bahasa asing dan juga merupakan modal dasar untuk dapat memahami ide yang terkandung dalam tulisan bahasa asing tersebut.

B.    Ciri-ciri/karakteristik Metode Gramatika dan Terjemah

1.          Tujuan mempelajari bahasa asing adalah agar mampu membaca karya sastra dalam bahasa target (BT), atau kitab keagamaan dalam kasus belajar bahasa arab di Indonesia.

2.          Materi pelajaran terdiri atas: buku nahwu, kamus, atau daftar kata, dan teks bacaan.

3.          Basis pembelajaran adalah penghafalan kaidah tata bahasa dan kosakata, kemudian penerjemahan harfiah dari bahasa target ke bahasa pelajar dan sebaliknya.

4.          Bahasa ibu pelajar digunakan sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).

5.          Peran guru aktif sebagai penyaji materi, sedangkan peran pelajar pasif sebagai penerima materi.[8]

6.          Para siswa mempelajari kaidah-kaidah nahwu (tata bahasa) dan daftar kosakata dwi bahasa yang berkaitan erat dengan bahan bacaan pada pelajaran yang bersangkutan kemudian dipelajari secara deduktif dengan bantuan penjelasan-penjelasan yang panjang serta terperinci. Segala kaidah dipelajari dengan pengecualian dan ketidakbiasaan dijelaskan dengan istilah-istilah gramatikal atau ketatabahasaan.

7.          Setelah kaidah-kaidah dan kosakata dipelajari, maka petunjuk-petunjuk bagi penerjemahan latihan-latihan yang mengikuti penjelasan-penjelasan ketatabahasaan pun diberikan.

8.          Pemahaman akan kaidah-kaidah dan bahan bacaan pun diuji melalui terjemahan. Para siswa dikatakan telah dapat mempelajari bahasa tersebut jika mereka mampu menerjemahkan paragraf-paragraf atau bagian-bagian prosa dengan baik.

9.          Bahasa asli/ bahasa ibu dan bahasa sasaran dibandingkan secara konstan. Tujuan pembelajaran adalah untuk mengalihkan bahasa sasaran (B1) ke bahasa ibu (B2), dan sebaliknya, dengan menggunakan kamus jika diperlukan.

10.       Sedikit kesempatan untuk praktek/latihan menyimak dan berbicara selama penggunaan metode ini, karena lebih memusatkan perhatian pada latihan-latihan membaca dan terjemahan.[9]

11.       Ada kegiatan disiplin mental dan pengembangan intelektual dalam belajar bahasa dengan banyak penghafalan dan memahami fakta-fakta.

12.       Unit yang mendasar ialah kalimat, perhatian anak lebih banyak dicurahkan kepada kalimat, sebab kebanyakan waktu para pelajar dihabiskan oleh aktivitas terjemahan kalimat-kalimat terpisah.[10]

C.    Langkah – langkah Penyajian Metode Gramatika dan Tarjamah dalam Pengajaran Bahasa Arab

1.     Guru mulai dengan memberikan definisi-definisi jenis kata, imbuhan jenis kata itu, kaidah-kaidah yang harus dihafalkan dalam Bahasa Arab, contoh-contoh yang menggaris bawahi kaidah-kaidah bahasa Arab, dan perkecualian-perkeculian kaidah-kaidah bahasa Arab

2.     Guru mengeluarkan kaidah-kaidah nahwu dari teks tersebut, kemudian menjelaskannya dengan penjelasan yang terperinci. Begitu juga kadang bisa meminta siswa untuk menyusun kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa Arab tersebut. Setelah itu siswa siap untuk memulai menjawab latihan soal.

3.     Guru melatih pelajar/siswa dalam terjemahan kalimat-kalimat dan kemudian paragraf-paragraf. Materi yang digunakan dipilih dari buku sastra yang bahasanya memiliki ragam yang estetis. Para siswa diharapkan untuk mengenal kaidah-kaidah tata bahasa yang telah dihafalkan, dan menerapkannya pada terjemahannya. Ini melibatkan suatu pemikiran yang rumit mengenai pengimbuhan jenis-jenis kata yang telah dihafalkan agar sesuai dengan terjemahan yang diminta oleh guru.

4.     Guru meminta salah satu siswa membaca teks dan yang lain mengoreksinya, kemudian menunjuk salah satu siswa untuk menerjemahkan kalimat itu, bila siswa sudah tidak bisa menerjemahkan kosakata yang sulit, barulah guru membantu untuk memancing siswa dalam  menerjemahkannya.

5.     Guru memberi daftar kosa kata (mufrodat) untuk dihafalkan. Kata-kata itu lepas dari konteks kalimat, dan guru menyuruh para siswa untuk memberi terjemahan kosakata (mufrodat) tersebut.

6.     Guru memberi pekerjaan rumah yang berupa persiapan terjemahan halaman-halaman dari buku sastra Arab untuk dibicarakan pada pertemuan berikutnya (Analisis).

7.     Terkadang guru memberikan kesempatan pada para siswa untuk menerjemah bebas

Sebagai tambahan keterangan mengenai bentuk-bentuk bahasa yang dianggap baik dan benar, pada waktu itu terjemahan bahasa Arab yang dianggap memuaskan guru ialah yang sesua kaidah-kaidah tata bahasa Arab, dan bukan yang digunakan oleh penutur asli diluar ruangan kelas. Sikap guru dan ahli tata bahasa pada zaman dahulu diberi julukan “mendiktekan” (prescriptive), dan tata bahasa tradisional mendapat sebutan Prescriptive Grammer (Richards, Platt dan Weber, 1985: 227)[11]

Adapun sasaran Pengajaran Bahasa Arab menggunakan Metode Tata Bahasa dan Tarjamah adalah:

Dapat menghasilkan siswa terdidik, terlatih akan pengetahuan Bahasa Arab, mengetahui kebudayaan Sastra yang tinggi dan mempunyai daya Apresiasi Sastra dalam penerjemahan dan tata bahasa Arab.

Dapat menghasilkan siswa hafal Materi-materi Nahwu – Shorof dalam teks-teks Sastra Arab.

Dapat menghasilkan siswa yang berkompeten untuk menerjemahkan secara dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia, atau sebaliknya dan lain sebagainya.

Dan ntuk merealisasikan tujuan dari Metode Tata bahasa  dan Tarjamah ini menggunakan Teknik sebagai berikut:

Otak siswa dipenuhi dengan kaidah-kaidah Nahwu dan daftar Tashrif beserta Wazan-wazannya.

Menjadikan siswa hafal daftar vocabulary (Mufrodat) dan sinonim diluar kepala.

Mengajari siswa membaca secara detail/terperinci dan dapat menganalisis.

Mengajari siswa menulis topik-topik karangan dengan mengambil cuplikan kalimat-kalimat, alinia-alinia dari sastrawan dan penyair.

Melatih siswa menerjemahkan teks sastra Arab.

D.    Kelebihan dan Kekurangan Metode ini Jika diterapkan Dalam Pengajaran Bahasa Arab

a.     Kelebihan

1.     Siswa mahir menerjemahkan dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab, atau sebaliknya dengan baik berdasarkan tata bahasanya.

2.     Siswa hafal kaidah-kaidah bahasa Arab yang disampaikan

b.     Kekurangan

1.     Analisis tata bahasa mungkin baik bagi mereka yang merencanakannya, tetapi membingungkan siswa karena rumitnya analisis tersebut.

2.     Terjemahan kaimat demi kalimat sering mengacaukan makna kalimat-kalimat dalam konteks yang luas.

3.     Para siswa mendapat pelajaran dalam satu ragam tertentu, yakni ragam sastra. Yang mana ini bukanlah ragam bahasa sehari-hari.

4.     Para siswa menghafalkan kaidah-kaidah bahasa Arab yang disajikan secara Preskiptif. Mungkin saja kaidah-kaidah itu tidak berlaku bagi bahasa sehari-hari.

5.     Para siswa sebenarnya tidak belajar menggunakan bahasa Arab, tetapi membicarakan tentang “bahasa yang baru” (istilah-istilah dan aturan-aturan bahasa diambil dari satu “model”, yakni bahasa yang dianggap mewakili bahasa yang ideal. Tetapi sebenarnya semua bahasa tidak sama kaidah-kaidahnya dan setiap bahasa mempunya ciri-ciri tersendiri)[12].

E.    Evaluasi dan Proyeksi:

Sesungguhnya sasaran metode ini terbatas dan sulit ditangani/diperoleh

Metode ini memusatkan perhatian pada ketrampilan membaca dan menulis, mengabaikan ketrampilan menyimak dan berbicara.

Metode ini tidak dapat merealisasikan tujuan dalam membiasakan siswa untuk menulis dengan benar.

Metode ini hanya sesuai bagi siswa yang cerdas saja (dalam arti sudah mengetahui/ menguasai teori-teori Kalam dan istima’).

Metode ini mengharuskan siswa berfikir dengan bahasa ibu (Indonesia), kemudian pemikiran itu diterjemahkan kedalam otaknya, dalam arti pada bahasa Arab.

Metode ini terjadi secara bertahap/dalam waktu yang lama, hal itu menghambat cepatnya pemahaman pembelajaran bahasa Arab

metode ini menjadikan/ membuat guru malas.

Peran guru didalam metode ini gampang/mudah, jika guru menguasai dengan baik bahasa Arab

Dalam mengatasi kelemahan dan Evaluasi teori-teori dalam pengajaran bahasa Arab diatas, adalah dengan menambahkan inovasi-inovasi baru dalam pengajaran bahasa Arab. Mengaplikasikan pembelajaran dengan berbagai macam metode/ permainan, agar tidak dirasa jenuh atau bosan. Juga bisa menambah motivasi dalam belajar jika metode ini dipadukan dengan ragam aplikasi / inovasi pembelajaran lain, dan tentunya guru harus bisa memilih untuk bisa diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi para siswanya didalam kelas.

Beranjak dari Evaluasi metode ini, kita kembali pada tujuan pembelajaran metode ini, tujuan study bahasa Arab ialah untuk belajar bahasa agar mampu membaca Sastra Arab. Ini dimaksudkan agar siswa memperoleh keuntungan dari “disiplin mental” dan “pengembangan intelektual” yang merupakan hasil pengajaran bahasa Arab. Terlepas dari tujuan-tujuan tersebut, kita mengembalikan tujuan awal para pencari ilmu jika memfokuskan pada pembelajaran bahasa Arab.

Sebenarnya metode ini adalah matode yang tepat digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab versi Ekspres. Bila kita mau Istiqomah dalam belajar-mengajar menggunakan metode ini, niscaya kita akan mencapai dari tujuan kita yang tidak lain adalah mahir berbahasa Arab dengan segala tata bahasanya. Yang mana bahasa Arab adalah bahasa Kalamullah.

DAFTAR PUSTAKA

-        Efendi, Ahmad Fuad, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat, 2009

-        Izzan, Ahmad, Metodologi pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: Humaniora, 2004

-        Hamid, M.Abdul dkk, Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media, Malang: UIN Malang Press, 2008

-        Hermawan, Acep, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, 2011

-        Subyakto, Sri Utari  dan Nababan,Metodologi Pengajaran Bahasa, Jakarta: PT Gramedia, 1993

-       http://www.cangcut.net/2013/10/metode-qawaid-dan-terjemah-bahasa-arab.html diakses pada, Sabtu, 21/02/2014 jam 12.55 WIB.

[1] http://www.cangcut.net/2013/10/metode-qawaid-dan-terjemah-bahasa-arab.html diakses pada, Sabtu, 21/02/2014 jam 12.55 WIB.

[2] Ahmad Fuad Efendi, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: Misykat, 2009) hlm. 40

[3] Ahmad Izzan, Metodologi pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Humaniora, 2004) hlm. 100

[4] M.Abdul Hamid dkk, Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media, (Malang: UIN Malang Press, 2008) hlm. 18

[5] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (PT.Remaja Rosda Karya: Bandung, 2011) hlm. 171

[6] Landi Pratama, op.cit.

[7] Ibid, 171

[8] Ahmad Fuad Efendi, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: Misykat, 2009) hlm. 41

[9] M.Abdul Hamid dkk, Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media, (Malang: UIN Malang Press, 2008) hlm. 18-19

[10] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung:  PT.Remaja Rosda Karya, 2011) hlm. 172

[11] Sri Utari Subyakto-Nababan, Metodologi Pengajaran Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia, 1993) Hal. 12-13

[12] Ibid., 13-14

Comments

Popular posts from this blog

Makalah Pengelolaan Kelas

Makalah Al-Istikhfam dan Al-Istihrad

Makalah Husnut Ta'lil Balaghah