Tahap-tahap Turunnya Al-Quran
1. Tahapan-tahapan Turunnya Wahyu
Allah menurunkan Al-Qur‘an kepada Rasul kita Muhammad untuk memberi petunjuk kepada manusia. Turunnya Al-Qur‘an merupakan peristiwa besar yang sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan penghuni bumi. Turunnya Al-Qur‘an yang pertama kali pada malam lailatul qadar merupakan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang terdiri dari malaikat-malaikat akan kemuliaan umat Muhammad.
Wahyu Al-Qur‘an diturunkan dalam 2 bentuk, yaitu sekaligus dan bertahap. Penurunan sekaligus terjadi saat al-Qur‘an diletakkan Allah SWT ke Lauh Mahfuzh. Kemudian dari Lauh Mahfudz, Allah SWT mengirimkannya ke Baitul ‘Izzah juga dengan bentuk sekaligus. Lauh Mahfudz adalah suatu tempat catatan segala ketentuan dan kepatian Allah, sedangkan Baitul ‘izzah ini, Allah SWT menurunkan al-Qur‘an secara bertahap kepada Nabi Muhammad SAW
Melalui malaikat Jibril AS.
Ketiga tahapan turunnya Al-Qur‘an tersebut ditunjukan dalam Al-Qur‘an dalam beberapa ayat serta didukung oleh beberapa hadis berikut ini:
Dari Allah ke lauh Mahfudz
بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مُّجِيْدٌ(21) فِيْ لَوْحٍ مَّحْفُوْظٍ (22)
“Bahkan yang didustakan mereka itu ialah al-Qur‘an yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfudz”. (Q.S. Al-Buruj ayat 21-22).
Dari Lauh Mahfudz ke Baitul ‘Izzah
اِنَّآ اَنْزَلْنهُ فِيْ لَيْلَةِ اْلقَدْرِ
“Sesungguhnya kami telah menurunkannya ( Al-Qur‘an) pada malam kemuliaan”. (Q.S. Al-Qadar ayat 1).
Hadis Riwayat Ibnu ‘Abbas
اُنْزَلَ اْلقُرْأنَ جُمْلَةً وَاحِدَةً اِلىَ سَمَآءِ الدُّنْيَا وَكَانَ بِمَوَاقِعِ النُّجُوْمِ وَكَانَ اللهُ
يَنْزِيْلُهُ عَلىَ رَسُوْلِهِ بَعْضَهُ فِيْ بَعْضٍ (رَوَاهُ الْحَاكِمِ)
“Al-Qur‘an diturunkan secara sekaligus ke langit dunia, dan hal itu adalah seperti perpindahan bintang-bintang. Allah menurunkannya kepada Nabi Muhammad SAW sedikit demi sedikit “. (Al-Hakim, 1990: II 787).
Dari Baitul ‘Izzah kepada Nabi Muhammad SAW
وَقُرْآنً فَرَقْنهُ لِتَقْرَأَهُ عَلىَ النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنهُ تَنْزِيْلًا
“Dan Al-Qur‘an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kami menbacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian” (Q.S Al-Isra’ ayat 106).
Ada beberapa hikmah dari turunnya Al-Qur‘an sekaligus ke Baitul I’zzah:
Menunjukkan kekuasaan Allah SWT, tidak ada satu pun makhluk yang mampu menerima Al-Qur‘an bahkan tidak mampu menggambarkan bentuk Firman Allah SWT.Menunjukan keagungan al-Qur‘an, karena Allah SWT telah memberitahukannya kepada semua makhluk sebelum diterima oleh manusia. Atas dasar ini, al-Qur‘an bersifat dahulu atau awal, bukan hal yang baru.Menunjukan keutamaan Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul penerima al-Qur‘an.
Hikmah turunnya Al-Qur ‘an secara bertahap atau berangsur-angsur.
Al-Qur ‘an diturunkan secara berangsur-angsur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari atau 23 tahun, 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Hikmah Al-Qur ‘an diturunkan secara berangsur-angsur adalah:
Menguatkan atau meneguhkan hati Rasulullah SAWTantangan dan mukjizatMempermudah hafalan dan pemahamannyaKesesuaian dengan peristiwa-peristiwa dan pentahapan dalam penetapan hukumBukti yang pasti bahwa al-Qur‘anul karim diturunkan dari sisi yang maha bijaksana dan maha terpuji.
Cara Turunnya Wahyu Al-Qur ‘an
Nabi menerima wahyu dengan tiga cara sebagiamana disebutkan dalam surat al-Syura ayat 51, yakni melalui wahyu, dibalik tabir, atau melalui utusan. Hanya saja, untuk wahyu al-Qur‘an, nabi Muhammad menerimanya melaui perantara malikat Jibril As. Ketika Nabi Muhammad menerima Jibril As yang berwujud sebagai manusia biasa, terjadi keterlibatan unsur jasmani Nabi SAW sehingga hal itu tidak berat baginya. Namun, ketika Jibril As muncul kedalam ruhani Nabi SAW, maka terjadi interaksi yang tidak tampak, justru cara semacam ini sangat berat bagi Nabi SAW.
Waktu Turunnya Al-Qur‘an
Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur‘an yang diperkuat dengan hadis-hadis nabi SAW diatas, maka dapat dinyatakan bahwa al-Qur‘an turun dari Lauh Mahfudz ke Baitul I’zzah secara sekaligus dimalam yang penuh berkah pada bulan Ramadhan. Nabi SAW menerima wahyu pertama kali ketika melakukan kesendirian berdiam di Gua hira tepatnya pada tanggal 17 Ramadhan atau 06 Agustus 610 Masehi. Sebelum kedatangan malaikat Jibril, Nabi Muhammad sering mendapat mimpi yang baik. Mimpi itu juga dianggap sebagai wahyu. Hanya saja, tidak ayat yang diturunkan dalam mimpi tersebut. Mimpi inilah yang mendorong Nabi SAW untuk bergegas ke Gua Hira. Boleh jadi, ini merupakan isyarat al-Qur‘an akan segera diturunkan.
Ayat pertama dan tempat turunnya
Pendapat yang paling shahih mengenai yang pertama kali turun ialah Q.S Al-‘Alaq ayat 1-5. Ayat Pertama ini diturunkan kepada Nabi Muhammad berada di Gua Hira untuk beribadah beberapa malam. Di Gua hira dikejutkan oleh suatu kebenaran. Seorang malaikat datang kepadanya dan mengatakan: Bacalah! Rasulullah menceritakan, maka akupun menjawab : aku tidak pandai membaca.’ Malaikat tersebut memelukku sehingga aku merasa amat payah. Lalu aku dilepaskan, dan dia berkata lagi: Bacalah!. Maka akupun menjawab aku tidak pandai membaca. Lalu dia merangkulku yang kedua kali sampai aku kepayahan. Kemudian dia lepaskan lagi dan dia berkata: Bacalah! Aku menjawab: aku tidak pandai membaca. Maka ia merangkulku yang ketiga kalinya sehingga aku kepayahan. Kemudian dia berkata : Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan..’ sampai dengan ‘… apa yang tidak diketahuinya”. Sedangkan surat al-Muddatstsir ayat 1-5 merupakan ayat pertama kali turun yang menetapkan Nabi sebagai Rasul yang harus menyampaikan wahyu-wahyu Allah.
Ketika dalam perjalanan pulang dari Gua Hira, Nabi SAW kembali melihat malaikat Jibril. Nabi Muhammad pun bergegas pulang dan meminta Khadijah untuk menyelimutinya. Dalam kondisi berselimut dalam rumahnya, Nabi SAW kembali menerima ayat 1-5 Al-Muddatstsir setelah agak tenang, Nabi SAW pergi keluar. Ketika Nabi SAW sendirian, tiba-tiba ada suara yang didengar Nabi SAW dari arah belakang. Suara itu membacakan Nabi SAW surat Al-Fatihah. Setelah itu, Nabi SAW pergi bergegas pulang kerumah. Akhirnya, Khadijah mengajak Nabi SAW kerumah Waraqah. Jadi Surat Al-Fatihah turun ketika Nabi SAW dalam perjalanan pulang dari Gua Hira.
Ayat yang Terakhir dan Tempat Turunnya
Banyak pendapat yang berbeda-beda kapan turunnya wahyu Al-Qur‘an yang terakhir. Namun dari beberapa pendapat mengenai ayat yang turun paling akhir, terdapat dua pendapat yang memiliki alasan yang sama kuat. Pertama, yang menyatakan bahwa ayat yang paling akhir adalah surat Al-Maidah ayat 3.
…..اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِ وَرَضِيْتُ لَكُمُ اْلاِسْلاَمَ دِيْنًا ….
….”Pada hari ini telah Ku-sempurnkan untukmu Agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah ku ridhoi Islam jadi Agamamu…”. (Q.S. Al-Maidah ayat 3).
Ayat ini turun di Arafah saat nabi SAW berada di atas onta dalam rangka menjalankan haji wada, tepat pada hari jum’at tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijriyah atau 27 oktober 632 M. Jarak antara turunnya ayat ini dengan wafatnya Nabi SAW adalah 81 hari.
Kedua, pendapat yang menyatakan bahwa ayat yang turun paling akhir adalah surat Al-Baqarah ayat 281.
وَاتَّقُوْا يَوْمًا تُرْجَعُوْنَ فِيْهِ اِلَى اللهِ ثُمَّ تُوَفَى كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لاَ يُضْلَمُوْنَ
“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah, kemudian masing-masing diri diberi balsan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”. (Q.S. Al-Baqarah ayat 281).
Ayat ini didukung oleh banyak para ulama. Ayat ini turun pada hari sabtu dan jangka waktu antara turunnya ayat ini dan wafatnya Nabi SAW dalah 9 hari. Sebelum wafat, Nabi SAW mengalami sakit Keras. Karenanya, ayat ini turun di Madinah saat Nabi SAW terbaring sakit. Dibanding dengan pendapat pertama, pendapat yang kedua ini lebih akhir turunnya.
Latar Belakang Turunnya Ayat
Latar belakang turunnya ayat diartikan sebagai “segala sesuatu yang menjadi sebab turunnya ayat atau beberapa ayat, baik sebagai penjelasan atau jawaban dari Nabi SAW atas suatu peristiwa atau pertanyaan”. Namun tidak semua ayat Al-Qur‘an diturunkan karena timbul suatu peristiwa dan kejadian, atau karena suatu pertanyaan. Tetapi ada diantara ayat Al-Qur‘an yang diturunkan sebagai permulaan, tanpa sebab, mengenai Akidah Iman, kewajiban Islam dan Syari’at Allah dalam kehidupan pribadi dan sosial. Al-Ja’bari menyebutkan: “Al-Qur ‘an diturunkan dalam dua kategori, yang turun tanpa sebab dan yang turun karena suatu peristiwa atau pertanyaan”.
Latar belakang turunnya ayat mengandung hikmah-hikmah sebagai berikut:
Mengetahui berbagai hikmah yang terkandung dalam pemberlakuan suatu hukumMembantu untuk memahami ayat dan menghilangkan kerumitan dalam pemahaman tersebutMenjelaskan pembatasan yang terdapat dalam suatu ayat dengan melihat konteks turunnyaMembantu menentukan spesifikasi berlakunya suatau hukumMemberikan informsi yang akurat kepad siapapun suatu ayat yang diturunkan sehinggat tidak terjadi kesalah pahamanMemudahkan pemahaman dan menguatkan ingatan terhadap kandungan suatu ayat.
Latar belakang turunnya ayat tidak berlaku untuk al-Qur ‘an secara keseluruhan. Apabila dihubungkan dengan proses turunnya ayat yang mengalami tiga tahap sebagiamana disebutkan sebelumnya, maka latar belakang turunnya ayat telah diketahui dan direncanakan Allah SWT jauh sebelum peristiwa itu terjadi. Allah SWT telah membuat situasi kasus yang sesuai dengan ayat al-Qur‘an yang akan diturunkan. Hal ini dimaksudkan untuk melekatkan pesan al-Qur‘an dengan kehidupan Nabi SAW. Al-Qur‘an dan Nabi SAW tidak bisa dipisahkan. Al-Qur‘an adalah pesan yang sakral dan konseptual,sementara kehidupan Nabi SAW adalah contoh konkrit dari pesan Al-Qur‘an, sebagaimana kata Aisyah, istri Rasulullah SAW, “Perilaku Nabi SAW adalah Al-Qur ‘an”.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qattan, Manna‘ Khalil. Studi Ilmu-ilmu Qur‘ an. Cet.14. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa,2011
Aziz, Moh. Ali. Mengenal Tuntas Al-Qur‘an. Cet.1. Surabaya: Imtiyaz Surabaya, 2012
Ashshiddiqi TM hasbi, dkk. Al-Qur ‘an dan terjemahannya. Jakarta: Yayasan Penyelenggara penterjemah/pentafsir Al-Qur‘an, 1971
Comments
Post a Comment