Metode Membaca Bahasa Arab

METODE MEMBACA ( THARIQAH AL-QIRA’AH)

BAB I

PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang

Ketidakpuasan kepada metode langsung yang kurang memberikan perhatian kepada kemahiran membaca dan menulis, mendorong para guru dan para ahli bahasa untuk mencari metode baru. Pada waktu itu, berkembang opini di kalangan para guru bahwa mengajarkan bahasa asing dengan target penguasaan semua ketrampilan berbahasa adalah sesuatu yang mustahil.

Oleh karena itu, Profesor Coleman dan kawan-kawan dalam sebuah laporan yang ditulis pada tahun 1929 menyarankan penggunaan suatu metode dengan satu tujuan pengajaran yang lebih realistis, yang paling diperlukan oleh para pelajar, yakni ketrampilan membaca. Metode kemudian yang dinamai “ metode membaca ” ini digunakan di sekolah menengah dan perguruan tinggi di seluruh Amerika dan negara-negara lain di Eropa. Meskipun disebut “ metode membaca ”, tidak berarti bahwa kegiatan belajar mengajar terbatas pada latihan membaca. Latihan menulis dan berbicara juga diberikan meskipun dengan porsi yang terbatas.[1]

Metode membaca merupakan salah satu metode yang cukup terkenal dalam pembelajaran bahasa asing. Metode ini bertujuan untuk mengajarkan kemahiran membaca bahasa asing. Untuk mengetahui lebih lanjut yang berkaitan dengan metode membaca, mari kita diskusikan terkait masalah yang berkaitan dengan metode membaca ini dan menyempurnakan kekurangan dari makalah kami ini.

B.            Rumusan Masalah

1.    Apa pengertian metode membaca ?

2.    Bagaimana karakteristik dan ciri-ciri membaca ?

3.    Apa saja macam-macam metode membaca ?

4.    Bagaimana langkah-langkah membaca dalam pembelajaran bahasa Arab ?

5.    Bagaimana tingkatan-tingkatan dalam pembelajaran bahasa Arab ?

6.    Apa saja kelebihan dan kelemahan metode membaca ?

BAB II

PEMBAHASAN

A.           Pengertian Metode Membaca

Metode Membaca ini lahir dari pemikiran para ahli pengajaran bahasa asing pada awal abad 20. Teori ini dipelopori oleh beberapa pendidik Inggris dan Amerika. (West 1926), yang mengajar bahasa Inggris di India, berpendapat bahwa belajar membaca secara lancar jauh lebih penting bagi orang India yang belajar bahasa Inggris dibanding berbicara. West menganjurkan suatu penekanan pada membaca bukan hanya karena dia menganggap hal itu sebagai ketrampilan yang paling bermanfaat yang harus diperoleh dalam bahasa asing tetapi juga karena hal itulah yang paling mudah, ketrampilan dengan nilai tambah yang paling besar pada siswa pada tahap-tahap awal pembelajaran bahasa.[2]

Metode membaca ini memang mendapat banyak kritik-kritik, baik pada metode waktu itu dianjurkan di Amerika. Begitu pula selama perang dunia II tatkala kemampuan berbicara dalam berbagai bahasa merupakan prioritas nasional di Amerika Serikat. Akan tetapi, sejak perang itu terdapat suatu pembaharuan minat dalam pengajaran bahasa-bahasa untuk tujuan-tujuan tertentu seperti membaca sastra dan pustaka ilmiah. Di luar Amerika Serikat pada tahun 1929-an metode membaca ini mulai digunakan.

Membaca merupakan kemampuan mengenali dan memahami isi sesuatu yang tertulis (lambang-lambang tertulis) dengan melafalkan atau mencernanya di dalam hati. Membaca hakekatnya adalah suatu proses komunikasi antara pembaca dan penulis melalui teks yang ditulisnya, maka secara langsung di dalamnya ada hubungan kognitif antara bahasa lisan dan bahasa tulisan. Tarigan (1994/III:7) melihat bahwa membaca adalah proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis.

Metode membaca adalah menyajikan materi pelajaran dengan cara lebih dahulu mengutamakan membaca, yakni guru pertama membacakan topik bacaan, dan diikuti oleh peserta didik, tapi kadang-kadang guru dapat menunjuk langsung anak didik untuk membacakan pelajaran tertentu terlebih dahulu, dan yang lain memperhatikan dan mengikutinya.[3]

Membaca melibatkan tiga unsur, yaitu: makna sebagai unsur isi bacaan, kata sebagai unsur yang membawakan makna, dan simbol tertulis sebagai unsur visual. Perpindahan simbol tertulis ke dalam bahasa ujaran itulah, menurut Ibrahim (1962:57), disebut membaca.[4]

B.            Karakteristik Metode Membaca

1.    Tujuan utamanya adalah kemahiran membaca.

2.    Materi pelajaran berupa buku bacaan utama dengan suplemen daftar kosa kata dan pertanyaan-pertanyaan isi bacaan, buku bacaan penunjang untuk perluasan (extensif reading / قراءة موسعة), buku latihan mengarang terbimbing dan percakapan.

3.    Basis kegiatan pembelajaran adalah memahami isi bacaan. Pemahaman isi bacaan melalui proses analisis, tidak dengan penerjemahan harfiah, meskipun bahasa ibu boleh digunakan dalam mendiskusikan isi teks.

4.    Membaca diam lebih diutamakan dari pada membaca keras.

5.    Kaidah bahasa diterangkan seperlunya tidak boleh berkepanjangan.[5]

C.           Ciri-ciri Metode Membaca dalam Pembelajaran Bahasa Arab

1.    Biasanya metode ini memulai dengan memberi latihan sebentar kepada siswa tentang ketrampilan bertutur kemudian mendengarkan beberapa kalimat sederhana dan mengucapkan kata-kata serta kalimat hingga siswa mampu menyusun kalimat. Berangkat dari inilah bahwa bentuk yang disusun oleh siswa tentang aturan tutur bahasa akan memberi andil dalam mengembangkan ketrampilan berkomunikasi.

2.    Setelah siswa berlatih mengucapkan beberapa kalimat kemudian mereka membacanya dalam teks. Guru bertugas mengembangkan sebagian ketrampilan membaca dalam hati bagi murid-murid.

3.    Setelah itu para siswa membaca teks dengan Qira’ah jahriyah (membaca dengan keras) yang diikuti dengan beberapa pertanyaan seputar teks untuk menguatkan pemahaman.

4.    Membaca terbagi menjadi dua macam yaitu membaca intensif dan membaca lepas, masing-masing mempunyai tujuan yang berbeda. Membaca intensif bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar membaca dan ketrampilan ini membutuhkan perbendaharaan kata serta pengetahuan kaidah-kaidah tata bahasa. Ketrampilan membaca ini mengembangkan ketrampilan pemahaman bagi siswa di bawah bimbingan guru kelas.

5.    Adapun Qira’ah lepas maka bisa dilaksanakan di luar kelas. Dibenarkan guru memberikan tugas kepada siswa untuk membaca dan membatasi apa yang harus dibaca serta mendiskusikannya.

6.    Membaca lepas memberikan andil dalam pencapaian siswa pada khazanah arab, membaca kitab-kitab dan semi arab. Dan dari sini akan memberikan tambahan pemahaman mengenai kebudayaan arab.[6]

D.           Macam-macam Metode Membaca

1.    Membaca nyaring (al-Qira’ah al-Jahriyyah)

Membaca Nyaring adalah membaca dengan melafalkan atau menyuarakan simbol-simbol tertulis berupa kata-kata atau kalimat yang dibaca. Metode membaca ini lebih cocok diberikan kepada pelajar tingkat pemula. Tujuan utamanya adalah agar para pelajar mampu melafalkan bacaan dengan baik sesuai dengan bunyi dalam bahasa Arab.

2.    Membaca diam / membaca dalam hati (al-Qira’ah al-Shamitah)

Membaca diam atau bisa di sebut membaca dalam hati adalah membaca dengan tidak melafalkan simbol-simbol tertulis berupa kata-kata atau kalimat yang dibaca, melainkan hanya mengandalkan kecermatan eksplorasi visual. Atau bisa dikatakan membaca tanpa mengeluarkan ujaran, tetapi cukup di dalam hati.

Tujuan membaca dalam hati adalah penguasaan isi bacaan, atau memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang isi bacaan dalam waktu yang cepat. Membaca dalam hati lebih efektif dalam memahami isi bacaan jika dibandingkan dengan membaca nyaring.[7]

3.    Membaca pemahaman

Membaca yang dilakukan agar tercipta suatu pemahaman terhadap isi yang terkandung dalam bacaan. Dalam membaca pemahaman, seseorang siswa harus mampu menangkap pokok-pokok pikiran yang lebih tajam sehingga setelah selesai membaca, ia benar-benar memahami makna dan tujuan bacaan.

4.    Membaca kritis

Kegiatan membaca yang menuntut pembaca mampu mengerti, memahami, kemudian mengemukakan suatu pertanyaan apa dan bagaimana pokok pikiran yang terkandung dalam suatu bacaan. Membaca kritis penuh dengan penilaian dan kesimpulan.

5.    Membaca ide

Membaca ide merupakan kegiatan membaca yang bertujuan mencari, mendapatkan, dan memanfaatkan ide-ide yang terkandung di dalam bacaan.[8]

E.            Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Membaca dan Contoh Materi

Adapun prosedur dan teknik pengajaran Bahasa Arab dengan menggunakan metode membaca (thariqah al-qiro’ah), berikut langkah-langkah penyajiannya:[9]

1.    Guru memulai pembelajaran dengan memberikan kata-kata dan ungkapan yang dianggap sulit yang akan ditemui oleh siswa di dalam teks, menjelaskan makna kata-kata dan ungkapan tersebut dengan definisi, konteks dan contoh dalam kalimat lengkap.

2.    Setelah itu siswa diminta untuk membaca dalam hati teks bacaan yang sudah diprogramkan selama kurang lebih 25 menit.

3.    Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan diskusi mengenai kandungan / isi bacaan yang bisa berupa tanya-jawab dengan menggunakan bahasa ibu siswa.

4.    Setelah menguasai isi bacaan, guru membimbing siswa menyimpulkan suatu aturan tata bahasa dalam bahan bacaan. Dan jika dirasa perlu, guru akan memberikan penjelasan tentang tata bahasa tersebut secara singkat.

5.    Kalau masih ada kosakata yang belum dipahami oleh siswa, maka pembelajaran akan dilanjutkan dengan pembahasan kosakata yang belum dipahami atau belum dibahas sebelumnya.

6.    Berikutnya, para siswa akan mengerjakan tugas-tugas yang ada dalambuku suplemen, yaitu menjawab pertanyaan tentang isi bacaan latihan menulis terbimbing, dsb.

7.    Setelah selesai mengerjakan latihan, bahan bacaan perluasan diberikan untuk dipelajari di rumah dan hasilnya dilaporkan pada pertemuan berikutnya (efendi, 2005:42)

Sebagaimana dikatakan sebelumnya, kegiatan membaca adalah kemampuan mengenali dan memahami isi sesuatu yang tertulis dengan melafalkan atau mencernanya di dalam hati. Oleh karena itu, membaca memerlukan sebuah konsentrsi tingkat tinggi. Membaca dapat dikatakan berhasil jika pembaca memahami sesuatu yang dibaca. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam kegiatan membaca adalah sebagai berikut:[10]

a.    Lingkungan yang tenang dan nyaman sangat mendukung terhadap konsentrasi dalam kegiatan membaca. Sebaliknya, lingkungan yang gaduh dan kondisi udara yang panas akan mengganggu konsentrasi, dantujuan membaca akan gagal.

b.    Tingkatkan pengetahuan pembaca yang sesuai dengan tingkatan bacaan akan mempengaruhi keberhasilan membaca. Bacaan yang tidak sesuai dengn tingkat pengetahuan pembaca akan menyulitkan dalam pemahaman isi bacaan.

c.    Bacaan yang cocok dan diminati oleh pembaca akan mudah dicerna dan dipahami.

d.   Dalam membaca nyaring, diperlukan intonasi bacaan yang tepat.

F.            Tingkatan-Tingkatan dalam Pembelajaran Membaca

Dalam pembelajaran membaca, hendaknya perlu diperhatikan kemampuan masing-masing peserta didik. Berdasarkan hal tersebut kiranya perlu dipetakan tingkatan-tingkatan pembelajaran membaca. Hal ini mengacu pada kebutuhan bahan ajar sesuai tingkatan dalam kelas, dan tentunya sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta didik. Tingktan-tingkatan itu adalah sebagai berikut :

1.    Tingkatan pertama : persiapan menuju qiro’ah. Titik awal pada tingkatan ini biasanya pada masa awal sebelum anak duduk di sekolah dasar. Target pembelajaran qiro’ah hanya berkutat dalam informasi dan berkenaan dengan hal-hal yang berkenaan dengan anak tersebut seiring dengan pertumbuhannya dan menunjang persiapan menuju qiro’ah.

2.    Tingkatan kedua : awal pembelajaran qiro’ah. Tingkatan ini biasanya diterapkan pada kelas satu ibtidaiyah yang mengajarkan dan menekankan pada pokok-pokok qiro’ah yang bersifat kemahiran dan kemampuan dasar.

3.    Tingkatan ketiga : ekspansi dan eksplorasi (perluasan) dalam qiro’ah

4.    Tingkatan keempat : memperkaya informasi serta meningkatkan kecakapan dan kompetensi membaca.

5.    Tingkatan kelima : tingkat lanjutan menuju seorang pelajar yang berkarakter dan bercita rasa terhadap bacaan serta gemar membaca.

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam pembelajaran membaca, antara lain sebagai berikut :

a.    Huruf tambahan zaidah, yaitu seperti alif dan wawu yang tidak dibaca.

b.    Huruf maqlub, yaitu cara membaca huruf arab yang tidak sesuai dengan tulisan, seperti lam yang terletak setelah huruf syamsiyah.

c.    Bunyi atau pengucapan, yaitu pada contoh bunyi velar (غ, خ, ك), bunyi uvelar (ق, ح, ع), dan bunyi mufakhamah (ط, ظ, ض) saat membaca nyaring.

d.   Perbedaan arah tulisan, yaitu arah tulisan arab dimulai dari kanan.

e.    Lambat dalam membaca, kesulitan muncul pada siswa yang lambat dalam membaca teks arab menjadikannya seakan-akan membaca huruf perhuruf, persuku kata, atau perkata.

f.     Membaca nyaring, siswa yang biasa membaca nyaring akan sulit membaca dalam hati. Ia masih terlihat berbisik atau disertai gerakan bibir.

g.    Pengulangan arah pandang, hal ini akan membuat lambat dalam membaca.

h.    Stagnasi pandangan, yaitu bagi siswa yang pandangannya terpaku pada satu arah dalam beberapa saat akan menyebabkan banyak waktu terbuang dan memperlambat dalam membaca.

i.      Sempitnya pandangan, arah pandangan terhadap jumlah kata berpengaruh pada cepat atau lambatnya membaca.

j.      Kosa kata, banyaknya kosa kata yang belum dikuasai oleh siswa akan memperlambat dalam membaca.[11]

G.           Kelebihan dan Kekurangan Metode Membaca

Di antara kelebihan metode membaca adalah sebagai berikut :

1.    Para siswa mampu membaca dengan baik terhadap pembelajaran bahasa asing, baik membaca nyaring, membaca dalam hati, ataupun membaca pemahaman.

2.    Para siswa mempunyai kemampuan memahami teks bacaan dengan baik.

3.    Para siswa mampu menguasai mufradat dengan baik.

4.    Para siswa memahami dengan baik tentang penggunaan nahwu dan sharaf.

Kekurangan metode membaca adalah sebagai berikut :

1.    Meskipun para siswa kuat dalam membaca, tetapi bukan membaca nyaring, mereka lemah dalam pelafalan.

2.    Para siswa lemah dalam ketrampilan menyimak, berbicara, dan siswa juga lemah dalam kemampuan ta’bir tahriri (menulis karangan).

3.    Karena kosa kata yang dikenalkan hanya yang berkaitan dengan bacaan, maka para siswa lemah dalam memahami teks yang berbeda.[12]

Contoh Materi Pembelajaran Membaca :

الدكان الجديد

علق – بياع – لوحة – وزع – حذه – نزع

فتح رجل دكانا لبيع السمك, وعلق فوق بابه لوحة صغيرة كتب عليها ( هنا بياع السمك ). فجاءه أحد أصدقائه وقال له : " لماذا تكتب علي اللوحة كلمة ( هنا ), ألا يباع السمك إلا في دكانك ؟ ". فحذف صاحب الدكان كلمة ( هنا ). ثم جاء صديق آخر وقال له : " لماذا تكتب علي اللوحة كلمة ( بياع ), ألا يفهم الناس أنك لا توزع السمك مجانا ؟ ". فحذف كلمة ( بياع ). ثم جاءه صديق ثالث وقال : " لماذا تكتب علي اللوحة كلمة ( السمك ), ألا يراه الناس ويسمونه ؟ ". فنزع صاحب الدكان اللوح.

أ‌-          أجب عن الأسئلة الآتية في ضوء النص السابق !

١. ماذا يبيع الرجل في دكانه ؟

٢. ماذا علق الرجل فوق باب دكانه ؟

٣. كم كلمة كتبها الرجل علي اللوحة ؟

٤. ماذا كتب البائع علي اللوحة ؟

٥. كم صديقا جاءه ؟

٦. هل وزع الرجل السمك مجانا ؟

٧. أي كلمة تكتب علي اللوحة عندما يجيء الصديق الثالث ؟

٨. أي كلمة تبقى علي اللوحة أخيرا ؟

٩. ماذا فعل الرجل باللوحة أخيرا ؟

١٠. هل علق البائع لوحة جديدة ؟

ب‌.     اختر أصح أجوبة في كل مما يأتي !

١١. فتح الرجل دكانا لبيع فيه :

(أ‌)    لوحا                     (ب) سمكة               (ت) سمكا                 (د) لحما

١٢. علق البياع لوحة صغيرة :

(أ‌)    فوق باب الدكان                           (ب) جانب باب الدكان

(ج) أمام باب الدكان                           (د) داخل الدكان

١٣. البياع هة :

(أ‌)    المبيع                    (ب) الدكان              (ت) السمك               (د) البائع

١٤. اقترح الصديق الثاني بحذف كلمة (بياع) لأنه رأي أن :

(أ‌)    البياع بمعنى المشتري                             (ج) الرجل يوزع السمك مجانا

(ب‌)  الناس يعرفون أن السمك يباع                             (د) الرجل ليس ببائع

١٥. " ألا يراه الناس ويسمونه " بمعني أن الناس :

(أ‌)    لا يرون السمك ولا يعرفون اسمه

(ب‌)  لا يرون السمك ولكنهم لا يعرفون اسمه

(ج) إذا لم يروا سمكا لا يعرفون اسمه

(د) إذا رأوا سمكا عرفوا أنه سمك

ج.   عين الصحيح والخطاء من التعابر الآتية في ضوء النص السابق :

١٦. علق البائع لوحة صغيرة كتب عليها اسم دكانه

١٧. حذف البائع كلمة فكلمة عقب مجيء كل من أصدقائه الثلاثة

١٨. بياع السمك هو الذي يوزع السمك مجانا

١٩. ناقش البائع كل اقتراح قاءمه أصدقاؤه الثلاثة

٢٠. قلع الرجل اللوحة أخيرا

Pertanyaan A ( 1- 10 ) dalam teks di atas dapat digunakan oleh guru untuk membimbing siswa memahami isi teks terutama yang bersifat eksplisit, sebagai landasan untuk sampai kepada pemahaman menyeluruh.

















BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

·      Metode Membaca merupakan kemampuan mengenali dan memahami isi sesuatu yang tertulis (lambang-lambang tertulis) dengan melafalkan atau mencernanya di dalam hati.

·      Karakteristik Metode Membaca :Tujuan utamanya adalah kemahiran membaca. Materi pelajaran berupa buku bacaan utama dengan suplemen daftar kosa kata dan pertanyaan-pertanyaan isi bacaan. Basis kegiatan pembelajaran adalah memahami isi bacaan. Membaca diam lebih diutamakan dari pada membaca keras. Kaidah bahasa diterangkan seperlunya tidak boleh berkepanjangan.

·      Ciri-ciri metode membaca :Biasanya metode ini memulai dengan memberi latihan sebentar kepada siswa tentang ketrampilan bertutur kemudian mendengarkan beberapa kalimat sederhana dan mengucapkan kata-kata serta kalimat hingga siswa mampu menyusun kalimat. Setelah siswa berlatih mengucapkan beberapa kalimat kemudian mereka membacanya dalam teks. Setelah itu para siswa membaca teks dengan Qira’ah jahriyah (membaca dengan keras). Membaca terbagi menjadi dua macam yaitu membaca intensif dan membaca lepas. Adapun Qira’ah lepas maka bisa dilaksanakan di luar kelas. Membaca lepas memberikan andil dalam pencapaian siswa pada khazanah arab, membaca kitab-kitab dan seni arab.

·      Adapun metode membaca diantaranya : Membaca nyaring (al-Qira’ah al-Jahriyyah), Membaca diam / membaca dalam hati (al-Qira’ah al-Shamitah), Membaca pemahaman, Membaca kritis, Membaca ide.

·      Kelebihan metode membaca adalah sebagai berikut : Para siswa mampu membaca dengan baik terhadap pembelajaran bahasa asing, baik membaca nyaring, membaca dalam hati, ataupun membaca pemahaman. Para siswa mempunyai kemampuan memahami teks bacaan dengan baik. Para siswa mampu menguasai mufradat dengan baik. Para siswa memahami dengan baik tentang penggunaan nahwu dan sharaf.

Kekurangan metode membaca adalah sebagai berikut : Meskipun para siswa kuat dalam membaca, tetapi bukan membaca nyaring, mereka lemah dalam pelafalan. Para siswa lemah dalam ketrampilan menyimak, berbicara, dan siswa juga lemah dalam kemampuan ta’bir tahriri (menulis karangan). Karena kosa kata yang dikenalkan hanya yang berkaitan dengan bacaan, maka para siswa lemah dalam memahami teks yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Ahmad Fuad. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Kinara, 2009.

Fachrurrozi, Aziz & Erta Mahyuddin,Pembelajaran Bahasa Asing. Jakarta Timur: Bania Publising, 2010.

Hamid, M. Abdul, dkk. Pembelajaran Bahasa Arab, Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media. Malang: UIN Malang Press, 2008.

Hermawan, Acep. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2011.

Nuha, Ulin. Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab. Jogjakarta: DIVA PRESS, 2012.

Yusuf, Tayar dan Syaiful Anwar. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997.

[1] Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Kinara, 2009), 51-52.

[2] M. Abdul Hamid, dkk. Pembelajaran Bahasa Arab, Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media (Malang: UIN Malang Press, 2008), 30-31.

[3] Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997), 162-163.

[4] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2011), 143.

[5] Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Kinara, 2009), 53.

[6] M. Abdul Hamid, dkk. Pembelajaran Bahasa Arab, Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media (Malang: UIN Malang Press, 2008), 31-32.

[7] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2011), 144-148.

[8] Ulin Nuha, Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab (Jogjakarta: DIVA PRESS, 2012), 114-119.

[9] Aziz fachrurrozi & Erta Mahyuddin, Pembelajaran Bahasa Asing (Jakarta Timur: Bania Publising, 2010), 69.

[10] Nuha, Metodologi Super Efektif., 119-120.

[11] Ibid., 111-114.

[12] Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Kinara, 2009), 54.

Comments

Popular posts from this blog

Makalah Pengelolaan Kelas

Makalah Husnut Ta'lil Balaghah

Makalah Ilmu Badi' Balaghah