Makalah Ilmu Badi' Balaghah

I.                   PENDAHULUAN

Ilmu Balaghah secara bertahap mengajarkan kita bagaimana mengungkapkan ide secara teratur dan efektif. Pada Ilmu Ma’ani, kita belajar bagaimana memilih diksi yang tepat dengan konteks perbincangan. Setelah memahami Ilmu Ma’ani, ilmu Bayan mengajarkan kita bagaimana cara menyusun redaksi yang tepat dengan berbagai opsi penyusunan yang memungkinkan. Meskipun ide kita hanya satu, namun kita dapat mengutarakannya melalui beberapa konsep yanng diajarkan pada Ilmu Bayan. Selain memperhatikan aspek ide yang diatur sedemikian rupa agar dapat diterima oleh Mukhattab dengan baik, Ilmu Balaghah juga mencakup Ilmu Badi’.

Objek kajian dalam ilmu Badi’ yaitu upaa untuk memperindah bahasa, baik pada lafadz maupun makna. Adapun Ruang lingkup dalam pembahasan ilmu Badi’ yaituMuhassinat Lafdziyyah (keindahan-keindahan lafadz)  dan Muhassinat Ma’nawiyyah (keindahan-keindahan makna).

II.                RUMUSAN MASALAH

A.      Bagaimana definisi Ilmu Badi’ ?

B.       Apa saja pembagian Ilmu Badi’ ?

III.             PEMBAHASAN

A.    Definisi Ilmu Badi’

Dalam kitab Jauhar al-Maknun karangan Imam Akhdhori ilmu Badi' yaitu :

علم يعرف به وجوه تحسين الكلام بعد رعاية المطابقة و وضوح الذّلالة

“ Yaitu ilmu untuk mengetahui cara membentuk kalam yang baik sesudah memelihara muthobaqoh dan kejelasan dalalahnya.”

Pengertian tersebut tidak jauh berbeda dengan yang dijelaskan dalam buku Ilmu Balaghoh karangan K.H Wahab Muhsin dimana ilmu Badi' menurut bahasa yakni sesuatu yang dibuat tanpa didahului oleh contoh. Sedangkan menurut istilah :

علم يعرف به وجوه تحسين الكلام المطابق لمقتضى الحال

“Yaitu ilmu untuk mengetahui cara memperindah kalam yang telah sesuai dengan tuntutan keadaan (muthabaqoh li muqtadhol hal).”

Peletak dasar ilmu Badi' adalah Abdullah Ibn Al-Mu'taz (W.274 H). Kemudian ilmu ini dikembangkan oleh Imam Qatadah Bin Ja'far Al-Khatib. Setelah itu diikuti oleh ulama-ulama lainnya seperti Abu Hilal Al-Askari, Ibnu Rusyaiq al-Qairawani (Kairawan), Shafiyuddin al-Hili, dan Ibnu Al-Hijjah.

Hifny bin nashif dalam bukunya “ كتاب قواعد اللغة العربية “ memberikan defenisi mengenai ilmu badi’ dengan:

علم يعرف به وجوه تحسين الاكلا م المطأ بق لمقتضي الحا ل وهذه الوجوه ترجع الي تحسين المعني و يسمي    با لمحسنا ت المعنوية وما يرجع منها الي تحسين اللفظ يسمي با لمحسنا ت اللفظية

Ilmu badi’ adalah ilmu untuk mengetahui aspek-aspek keindahan sebuah kalimat yang sesuai dengan keadaaan, jika aspek-aspek keindahan itu berada pada makna,maka dinamakan dengan muhassinaat al-maknawiyah. Dan bila aspek keindahan itu ada pada lafadz, maka dinamakan dengan muhassinaat al-lafdziyah’.

B.     Pembagian Ilmu Badi’

Pembahasan dalam Ilmu Badi' menitikberatkan pada segi-segi keindahan kata baik secara lafadz maupaun makna. Secara garis besar pembahasan Badi' dibagi menjadi dua bagian  yaitu :

1.       محسّنات المعنويّة(keindahan-keindahan makna)

Dalam kitab Ilmu Balaghoh(Muhsin, 2002 :115) dijelaskan bahwa محسّنات المعنوية yaitu cara memperindah kalam yang menitikberatkan pada memperindah makna.

Dalam pembagian pembahasannya, محسّنات المعنوية dibagi menjadi beberapa pokok bahasan, antara lain sebagai berikut :

a)      التورية

التورية هي أن يذكر المتكلم لفظا مفرادا له معنيان, قريب ظاهر غير مراد و بعيد خفي هو المراد.[1]

“ Penyebutan suatu kata yang mufrad yang mempunyai dua makna, yaitu makna yang dekat, jelas, dan tidak diinginkan, dan makna yang jauh, samar, dan dimaksudkan.”

Contoh :

هَادٍ يَهْدِيْنِي السَّبِيْلَ

“Penunjuk yang menunjukkan saya jalan”

Tauriyah terbagi menjadi empat macam yaitu : Tauriyah Mujarradah, Tauriyah Murasyahah, Tauriyah Mubayyanah, dan Tauriyah Muhayyaah.

b)      المطابقة

الطباق هو الجمع بين الشيء وضدّه في الكلام.[2]

“Al-Muthabaqah (Thibaq) adalah berkumpulnya dua kata yang berlawanan dalam suatu kalimat.”

Contoh :

كتاب أنزلناه إليك لتخرج الناس من الظلماتإلى النور (ابراهيم: ۱)

“(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepadacahaya terang.”

Al-Muthabaqoh (Thibaq) dibagi menjadi 2 macam yaitu : Thibaq Ijab dan Thibaq Salab. Adapun jenis-jenis al-Muthabaqoh ada 4 yaitu : dua isim, dua fi’il, dua huruf, dan dua macam kata yang berbeda.

c)      المقابلة

Muqabalah adalah dua lafadz atau lebih dalam suatu kalimat kemudian diikuti oleh dua lafadz atau lebih yang berlawanan maknanya.[3] Contoh :

 لِكِيْلاًتَأسُوهُعَلَي مَا قَا تُكُمْوَلاَتَفَرَّحُوْابِمَاآتَاكُمْ

Kami jelaskan yang sedemikian itu supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang diliput dari kamu, dan supaya jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu”(Q.S. Al-Hadid:23).

Muqobalah terbagi menjdi 5 macam yaitu : Muqobalah itsnain bi itsnain, Muqobalah tsalatsah bi tsalasah, Muqobalah arba’ah bi arba’ah, Muqobalah khomsah bi khomsah, Muqobalah sittah bi sittah.

d)     المبالغة

المبالغة هي أن يدّعي المتكلم لوصف بلوغهفي الشّدّة أو الضعف حدا مستبعدا أو مستحيلا.[4]

Mubâlaghah adalah ekspresi ungkapan yang menggambarkan sesuatu hal secara berlebihan yang tidak mungkin (tidak sesuai dengan kenyataan)”.

Contoh :

وأخفت أهل الشرك حتى أنه  لتخافك النطف التى لم تخلق

Kau bikin takut orang-orang musyrik, sampai-sampai embrio mereka yang belum tercipta pun takut kepadamu.

Terdapat tiga pembagian Mubalaghah, yaitu : Tabligh, Ighraaq, dan Ghuluww.

e)      الإلتفات

Iltifat artinya menoleh, berbelok atau beralih, dalam ilmu balagah pun iltifat yaitumengalihkan Uslub (gaya bicara) dari satu arah ke arah yang lain. Intinya iltifat ialah membelokkan salah satu diksi kepada diksi yang lain. Adapun yang dimaksud dengan  diksi disini ialah kata ganti takallum (orang pertama) khithab (orang kedua) dan ghaib ( kata ganti orang ketiga) jadi jika kita menggunakan kata ganti orang ketiga, lalu tiba-tiba diganti dengan menggunakan kata ganti orang kedua atau orang pertama, inilah yang disebut dengan iltifat alias pembelokan.

Contoh dalam Q.S Az-Zumar ayat 53

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

f)       المشاكلة

Musyakalah yaitu menyebutkan sesuatu dengan menggunakan lafadz lain, karena sesuatu tersebut bersamaan dengan lafadz lain tersebut dalam kenyataan atau dalam perkiraannya.[5]Contoh :

اقْتَرِحْ شَيْئًا نجد لك طَبْخَهُ # قُلْتُاِطْبَخوا لِيْ جُبَّةً و قَمِيْصًا

“Mereka bertanya, kamu mau kami masakkan apa ?aku menjawab : masakkan (cucikan) jubah dan pakaianku.”

Musyakalah terbagi menjadi dua macam, yaitu : musyakalah tahqiqah dan musyakalahtaqdiriyyah.

g)      الجمع

الجمع هو أن يجمع المتكلم بين متعدد في حكم واحد و ذلك قد يكون في اثنين أو في أكثر.[6]

“al-jam’u adalah dimana mutakallim mengumpulkan sesuatu yang bemacam-macam ke dalam satu hukum baik dua perkara ataupun lebih”.

Contoh :

المال و البنون زينة الحيوة الدنيا

”Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.”

h)      التقسيم

Taqsim adalah menyebutkan beberapa lafadz kemudian memberikan keterangan tambahan pada masing-masing lafadz.

Contoh : Firman Allah Surat al-Haqqoh : 4-6

كذبت ثمود وعاد با لقارعة◌ فأما ثمود فأهلكوا با لطا غية◌ وأما عاد فأ هلكوا بريح صرصر عاتية◌

“(4) Kaum Tsamud dan ‘Aad telah mendustakan hari kiamat. (5) Adapun kaum Tsamud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa. (6) Adapun kaum ‘Aad Maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang.”

i)        اللف و النشر

Adalah mengumpulkan dua hal dalam suatu kalimat, kemudian menyertakannya kalimat yang berkaitan dengan masing-masing hal tersebut tanpa mengkhususkan, mutakallim yakin bahwa pendengar telah mengetahui. Contoh :

وَمِنْ رَّحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ الَّيْلَ وَ النَّهَارَ لِتَسْكُنُوْا فِيْهِ وَ لِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهِ وَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.

j)        مذهب الكلامي

Mendatangkan sastrawan untuk sampai pada suatu ajakan secara benar dan membatalkan ajakan lawan dengan hujjah yang bersifat aqliyah serta pembuktiannya atau lainnya. Contoh : ar-ruum 27

وهو الذي يبدؤا الخلق ثم يعيده وهو أهون عليه وله المثل الأعلى في السموت والأرض وهو

k)      تأكيد المدح بما يشبه الذم

Adalah menguatkan pujian dengan menggunakan umgkapan yang menyerupai celaan. Dari struktur kalimat, uslub ini ditandai dengan pemakaian kata yang menunjukkan pengecualian (huruf istisna’) seperti : بَلْ, إِلاَّ, غَيْرَ, سِوَى, لَكِنْ, بَيْدَcontoh :

أَنَا أفْصَحُ الْعَرَبِ بَيْدَ أنّى مِنْ قُرَيْشِ

“Aku orang Arab yang paling fasih, hanya saja aku ini orang quraisy.”

l)        تأكيد الذم بما يشبه المدح

Adalah menguatkan celaan dengan menggunakan kalimat atau ungkapan yang menyerupai pujian. Contoh :

لَا فَضْلَ لِلْقَوْمِ إِلَّا أَنَّهُمْ لَا يَعْرِفُوْنَ لِلْجَارِ حَقَّهُ

Tidak ada keutamaan bagi kaum itu, kecuali mereka tidak mengetahui (menghormati) hak-hak bertetangga.

m)    مراعة النظير

الجمع بين أمرين أو أمور مناسبة لا علي حهة التضاد

“Menyebutkan dua hal atau lebih yang diantara keduanya terdapat munasabah tetapi tidak berlawanan.”

Contoh :

الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانِ◌ وَالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ

Matahari dan Bulan beredar menurut perhitungan. Dan tetumbuhan dan pepohonan keduanya tunduk kepada-Nya.

2.      محسّنات اللّفظية  (keindahan-keindahan lafadz)

Dalam kitab Ilmu Balaghoh (Muhsin, 2002: 115) dijelaskan bahwa محسّنات اللّفظية  yaitu cara memperindah kalam yang menitikberatkan pada memperindah lafadz.

Dalam pembagian pembahasannya,محسّنات اللّفظية  dibagi menjadi beberapa pokok bahasan, antara lain sebagai berikut :

a.       جناس

Al-Jinās adalah dua lafadz (kata) yang sama ucapannya tetapi berbeda maknanya. Contoh :

يَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةِ يُقْسِمُ الْمُجْرِمُونَ مَا لَبِثُوا غَيْرَ سَاعَةٍ

Dan pada hari kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa, mereka tidak akan berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat saja.(QS.Ar-ruum : 55)

Jinas terbagi menjadi dua macam, yaitu: Pertama, al-Jinās at-Tām (الجناس التام), yaitu dua lafaz yang sama pengucapannya dalam empat segi, yaitu: jenis huruf, baris (harakat) huruf, jumlah huruf dan tertib urutan huruf.Kedua, al-Jinās Ghair at-Tām (الجناس غير التام), yaitu dua lafaz yang mirip pengucapannya tetapi tidak sama pada salah satu dari empat segi, yaitu: jenis huruf, baris (harakat) huruf, jumlah huruf dan tertib urutan huruf.

b.      السجع

As-saja‘ adalah kesamaan huruf akhir pada dua susunan kalimat atau lebih sehingga membentuk bunyi dan nada huruf yang indah dan berirama. Susunan lafadz/kata akhir pada suatu kalimat dinamakan fāshilah. Contohnya terdapat dalam hadist Rasulullah saw :

اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَأَعْطِ مُمْسِكًاتَلَفًا

Ya Allah berikanlah orang yang berinfak itu pengganti harta benda dan berikanlah orang yang menahan (tidak berinfak) itu kerusakan harta bendanya.

c.     الاقتباس

Al-iqtibās adalah mengutip sesuatu dari Al-Quran atau hadis, lalu disertakan ke dalam suatu kalimat prosa atau syair tanpa dijelaskan bahwa kalimat yang dikutip itu dari Al-Quran atau hadis.

Contohnya terdapat dalam perkataan Abdul Mukmin al-Ashfahani :

لا تَغُرَّنَّكَ مِنَ الظَّلَمَةِ كَثرَةُ الجُيُوشِ وَالأَنصَارِإِنَّمَا يُؤَخِرُهُم لِيَومِ تَشخَصُ فِيهِ الآَبصَارُ.

Jangan engkau tertipu daya dalam kezaliman dengan banyaknya balatentara dan pengikut, sesungguhnya kami tangguhkan (azab mereka) sampai pada hari di mana mata terbelalak.

IV.             KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan mengenai ilmu Badi’ di atas, dapat disimpulkan bahwa Ilmu Badi’ adalah suatu ilmu untuk mengetahui segi keindahan suatu perkataan baik itu dari segi lafadznya maupun maknanya, setelah perkataan tersebut bersesuaian dengan tuntutan keadaan dan zaman.

Ilmu Badi’ dibagi menjadi dua aspek yakni : محسّنات المعنويّة(keindahan-keindahan makna) danمحسّنات اللّفظية  (keindahan-keindahan lafadz). Dalam محسّنات المعنويّة ada beberapa pokok bahasan,antara lain :

 التورية,  المطابقة, المقابلة, المبالغة, المشاكلة, الجمع,الإلتفات,التقسيم اللف و النشر, مذهب الكلامي, تأكيد المدح بما يشبه الذم, تأكيد الذم بما يشبه المدح ,مراعة النظير.

Sedangkan dalamمحسّنات اللّفظية antara lain : الجناس, السجع, الموازنة

V.                PENUTUP

Demikianlah makalah yang dapat penulis paparkan, tentunya makalah ini masih belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki makalah-makalah yang selanjutnya. Semoga apa yang telah disampaikan dalam makalah ini dapat bermanfaat  bagi kita semua. Aamiin...

DAFTAR PUSTAKA

Akhdlori, Imam, Tarjamah Jauharul Maknun, Subang : al-Ma’arif, 1979.

Al-Hasyimi, Sayyed Ahmad, Jawahirul Balaghah, Beirut: al-Maktabah al-‘Ashriyyah, 1999.

al-Jarim, Ali dan Amin, Musthofa, al-Balaghah al-Wadhihah, Bandung : PT. Sinar Baru Algesindo,1998.

Idris, Mardjoko, Ilmu Balaghah Antara al-Bayan dan al-Badi’, Yogyakarta: Teras, 2007.

Shofwan, Sholehuddin, Pengantar Memahami Nadzom Jauharul Maknun Juz 3, Jombang : Darul Hikmah, 2008.

[1] Ali al-Jarim dan Musthofa Amin, al-Balaghah al-Wadhihah, ( Daar al-Ma’arif,Tt), hlm. 276

[2] Ali al-Jarim dan Musthofa Amin, al-Balaghah al-Wadhihah..., hlm. 281

[3] H. Mardjoko Idris, Ilmu Balaghah Antara al-Bayan dan al-Badi’, (Yogyakarta: Teras, 2007), hlm. 79

[4] Sayyed Ahmad al-Hasyimi, Jawahirul Balaghah, (Beirut : al-Maktabah al-‘Ashriyyah, 1999), hlm. 312.

[5] M. Sholehuddin Shofwan, Pengantar Memahami Nadzom Jauharul Maknun Juz 3, ( Jombang : Darul Hikmah, 2008), hlm. 53

[6] Sayyed Ahmad al-Hasyimi, Jawahirul Balaghah..., hlm. 310

Comments

Popular posts from this blog

Makalah Pengelolaan Kelas

Makalah Al-Istikhfam dan Al-Istihrad