Makalah Manajemen Kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Manajemen Kurikulum
Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan terjemahan secara langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketatalaksanaan, atau tata pimpinan. Management berakar dari kata kerja to manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, atau mengelola (John M. Echols dan Hassan Shadily, 1993: 362).
Sementara, Malayu S.P. Hasibuan (1995) dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia” mengemukakan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.
Dengan demikian, manajemen merupakan kebutuhan yang niscaya untuk memudahkan pencapaian tujuan manusia dalam organisasi, serta mengelola berbagai sumber daya organisasi, seperti sarana dan prasarana, waktu, SDM, metode dan lainnya secara efektif, inovatif, kreatif, solutif, dan efisien.
Pengertian Kurikulum
Dalam bahasa Arab, kata kurikulum biasa diungkapkan dengan kata المنهج yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan kurikulum pendidikan المنهجُ الدِراسى dalam kamus tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan (Ramayulis, 1992: 150).
Kurikulum adalah suatu program yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistematik dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan (Dakir, 2004: 3).
Menurut Muhaimin, kurikulum adalah pengetahuan-pengetahuan yang dikemukakan oleh guru atau sekolah atau institusi pendidikan lainnya dalam bentuk mata pelajaran atau kitab-kitab karya para ulama terdahulu yang dikaji begitu lama oleh para peserta didik dalam tiap tahap pendidikannya (Muhaimin, 2010: 2).
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa kurikulum merupakan seluruh kegiatan-kegiatan pendidikan yang dibentuk oleh pihak sekolah ataupun guru kepada murid, baik dilakukan didalam sekolah maupun diluar sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Secara umum, yang dimaksud dengan kurikulum ialah kumpulan perangkat pendidikan yang mengandung tujuan, isi, bahan pembelajaran dan tata cara operasionalisasi penyelenggaraan pembelajaran. Dalam tata ran praktis, kurikulum sudah menjadi komponen yang wajib bagi sekolah yang akan menjalakan proses belajar mengajar yang optimal dan integral. Kurikulum berperan sebagai landasan atau pegangan asazi bagi guru untuk efektifitas dan efisiensi tugas mengajarnya di kelas.
Pengertian Manajemen Kurikulum
Manajemen kurikulum merupakan pengelolaan kurikulum, atau pengelolaan seperangkat pendidikan yang mengandung tujuan, isi, bahan pembelajaran dan tata cara operasionalisasi penyelenggaraan pembelajaran. Pengertian kurikulum tersebut berimplikasi pada ruang atau bidang kerja manajemen kurikulum. Kurikulum dikelola berdasarkan beberapa lingkupn\ kurikulum yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kegiatan operasi kurikulum.
Manajemen kurikulum merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya.
Manajemen kurikulum berkenaan dengan bagaimana kurikulum dirancang, diimplementasikan (dilaksanakan) dan dikendalikan (dievaluasi dan disempurnakan), oleh siapa, kapan, dan dalam lingkup mana. Manajemen kurikulum juga berkaitan dengan kebijakan siapa yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab dalam merancang, melaksanakan, dan mengendalikan kurikulum. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen kurikulum adalah proses pendayagunaan sumberdaya kurikulum yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan.
Ruang Lingkup Manajemen Kurikulum
Menurut Dinn Wahyudin, ruang lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum, yaitu sebagai berikut.
Perencanaan
Perencanaan kurikulum dibedakan menjadi dua yakni tingkat pusat dan yang dilaksanakan oleh sekolah:
Perencanaan tingkat pusat, meliputi tujuan pendidikan, bahan pelajaran. Dalam tujuan pendidikan terdapat TIU dan TIK.
Bahan pembelajaran,dari pusat kemudian diserahkan kepada sekolah dalam bentuk Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Perencanaan yang harus dilakukan di sekolah.
Pelaksanaan
Pelaksanaan kurikulum merupakan interaksi belajar mengajar yang setidaknya melalui tiga tahap yaitu:
Tahap persiapan pembelajaran, adalah kegiatan yang dialakukan guru sebelum melakukan proses pembelajaran.
Tahap pelaksanaan pembelajaran, adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleg guru dan murid mengenai pokok bahasan yang harus di sampaikan. Dalam tahap ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu pendahuluan, pelajaran inti, dan evaluasi.
Tahap penutupan, adalah kegiatan yang dilakukan setelah penyampaian materi.
Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan mengetahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya.
Prinsip-Prinsip Manajemen Kurikulum
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum, yakni sebagai berikut.
Produktivitas, yang menyangkut hasil pembelajaran. Hasil ini implikasi dari pemberlakuan kurikulum. Artinya manajemen kurikulum harus dilaksanakan demi mencapai tujuan kurikulum dan hasil belajar yag optimal.
Demokratisasi, yang mana seluruh stakeholder sekolah terlibat sesuai dengan jabatan dan wewenangnya dalam pelaksanaan manajemen untuk tujuan kurikulum.
Kooperatif, manajemen kurikulum menjunjung tinggi asas kerjasama yang sinergi oleh semua pihak di sekolah.
Efektivitas dan efisiensi, manajemen kurikulum memprioritaskan supaya lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan kurikulum, sehingga kegiatan tersebut memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga, dan waktu yang relative singkat.
Mengarahkan visi, misi dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum agar lebih solid dan kokoh.
Fungsi Manajemen Kurikulum
Dikemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan. Kegiatan dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen. Berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan dari beberapa ahli, sebagai berikut:
Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen kurikulum, yaitu :
Perencanaan (planning).
Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. T. Hani Handoko mengemukakan sembilan manfaat perencanaan:
Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan
Membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama
Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran
Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat
Memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi
Memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi
Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami
Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
Menghemat waktu, usaha dan dana
Pengorganisasian (organizing)
George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa : “Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu”
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan organisasi pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya.
Berkenaan dengan pengorganisasian ini, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan beberapa asas dalam organisasi, diantaranya adalah :
Organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang sesuai dengan kebutuhan
Pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja
Organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
Organisasi harus mencerminkan rentangan control
Organisasi harus mengandung kesatuan perintah
Organisasi harus fleksibel dan seimbang.
Pelaksanaan (actuating)
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi.
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap orang dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa seseorang akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika :
Merasa yakin akan mampu mengerjakan,
Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya,
Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak,
tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan
Hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.
Pengawasan (controlling)
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan.
Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya.
Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.
Tujuan Manajemen Kurikulum
Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa tujuan dasar kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu:
Kurikulum sebagai suatu ide, adalah kurikulum yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, adalah sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide yang diwujudkan dalam bentuk dokumen, yang di dalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
Kurikulum sebagai suatu kegiatan, merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, dan dilakukan dalam bentuk praktek pembelajaran.
Kurikulum sebagai suatu hasil, merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.
Karakteristik Manajemen Kurikulum
Manajemen kurikulum dalam konteks karakteristiknya dapat dilihat berdasarkan lingkup yang terbatas pada pelaksanaan kurikulum di suatu sekolah dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Adapun kegiatan perencanaan dan pengorganisasian kurikulum yaitu sebagai berikut.
Karakteristik Perencanaan Kurikulum
Karakteristik dalam hal perencanaan kurikulum terdiri dari:
Pengertian perencanaan kurikulum;
Fungsi perencanaan kurikulum;
Model perencanaan kurikulum;
Desain kurikulum.
Secara lebih terperinci, karakteristik perencanaan kurikulum adalah sebagai berikut:
Perencanaan kurikulum harus berdasarkan konsep yang jelas,
Perencanaan kurikulum harus dibuat dalam kerangka kerja yang komperhensif,
Perencanaan kurikulum harus bersifat reaktif dan antisipasi.
Tujuan-tujuan pendidikan harus meliputi rentang yang luas akan kebutuhan dan minat yang berkenaan dengan individu dan masyarakat.
Rumusan berbagai tujuan pendekatan harus diperjelas dengan ilustrasi konkret,
Masyarakat luas mempunyai hak dan tanggung jawab untuk mengetahui berbagai hal,
Dengan keahlian profesional mereka, pendidikan berhak dan bertanggung jawab mengidentifikasikan program sekolah yang akan membimbing siswa,
Perencanaan dan pengembangan kurikulum paling efektif jika dikerjakan secara bersama-sama,
Perencanaan kurikulum harus memuat artikulasi program sekolah dan siswa pada jenjang dan tingkatan sekolah,
Program sekolah harus dirancang untuk mengkordinasikan semua unsur dalam kurikulum kerangka kerja pendidikan,
Partisipasi kooperatif harus dilaksanakan dalam kegiatan perencanaan kurikulum,
Dalam perencanaan kurikulum harus diadakan evaluasi secara kontinu,
Berbagai jenjang sekolah, dari TK sampai Perguruan Tinggi hendaknya merespons dan mengakomodasi perubahan, pertumbuhan dan perkembangan siswa.
Karakteristik Pengorganisasian Kurikulum
Ada beberapa bentuk organisasi kurikulum yang masing-masing memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu:
Kurikulum mata pelajaran; memiliki ciri:1) terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang terpisah; 2) tidak berdasarkan kebutuhan, minat, dan masalah yang dihadapi siswa; 3) bentuk kurikulum yang tidak dipertimbangkan kebutuhan, masalah, dan tuntutan masyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang;
Kurikulum dengan mata pelajaran berkolerasi; memiliki ciri: 1) berbagai mata pelajaran dikorelasikan satu dengan yang lainnya; 2) sudah dimulai adanya usaha yang merelevansikan pelajaran dengan permasalahan kehidupan sehari-hari; 3) metode penyampaian menggunakan metode korelasi.
Kurikulum bidang studi; memiliki ciri-ciri: 1) kurikulum terdiri atas suatu bidang pengajaran, 2) sistem penyampaian bersifat terpadu, 3) minat, masalah, serta kebutuhan siswa dan masyarakat dipertimbangkan sebagai dasar penyusunan kurikulum.
Kurikulum integrasi; memiliki ciri-ciri antara lain: 1) berdasarkan psikologi belajar, 2) berdasarkan kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan siswa, 3) sistem penyampaian menggunakan sistem pengajaran unit, 4) peran guru sama aktifnya dengan peran siswa.
Kurikulum inti; memiliki dua ciri-ciri yakni ciri-ciri pokok dan ciriciri umum. Ciri-ciri pokok antara lain core pelajaran meliputi pengalamanpengalaman yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan semua siswa. Adapun ciri-ciri umum antara lain: a) perencanaan oleh guru-guru secara kooperatif; b) pengalaman belajar disusun dalam unit-unit yang luas komprehensif berdasarkan tantangan, minat, kebutuhan, dan masalah dari kalangan siswa dan masyarakat sekitarnya; c) guru dan siswa saling mengenal satu sama lain dengan lebih baik; d)pengalaman-pengalaman belajar bersifat fungsional serta melibatkan banyak kegiatan dan tanggung jawab terhadap para siswa.
Kegiatan manajemen kurikulum berkaitan dengan dua hal, yaitu: (a) berkaitan dengan tugas guru, dan (b) berkaitan dengan proses pembelajaran.
Kegiatan yang berkaitan dengan tugas guru.
Kegiatan yang berkaitan dengan tugas guru ini meliputi:
Pembagian tugas membelajarkan, pembagian tugas biasanya dilakukan dalam rapat guru pada awal tahun pembelajaran atau menjelang awal semester baru.
Pembagian tugas membina kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler atau kegiatan tambahan diluar kurikulum yang berlaku ini seperti kegiatan pramuka, koperasi, unit kesehatan sekolah, olahraga, kesenian, dan lain-lain.
b. Kegiatan yang berkaitan dengan proses pelaksanaan pembelajaran.
Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan proses pembelajaran meliputi:
Penyusunan jadwal pmbelajaran. Jadwal pembelajaran merupakan penjabaran dari seluruh program pembelajaran di sekolah jadwal pembelajaran merupakan pedoman bagi guru bahwa dia akan membelajarakan dikelas mana dan hari apa saja, serta jam berapa saja.
Penyusunan program pembelajaran, kegiatan penyusunan program pembelajaran ini meliputi: (a) menghitung jumlah pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang harus disampaikan dalam jangka waktu tertentu (semester atau caturwulan): (b) menghitung jumlah jam pelajaran yang tersedia menurut kurikulum yang berlaku; (c) menghitung jumlah jam yang efektif pada semester atau caturwulan berdasarkan kalender akademik yang berlaku; (d) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran untuk satu jangka waktu tertentu (satu semester atau catuwulan).
Pengisian daftar kemajuan kelas,menggambarkan tentang kemajuan kelas tentang penguasaan materi pelajaran.
Kegiatan mengelolah kelas. Merupakan upaya yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran bisa tercapai secara efektif dan efesien. Hal ini menyangkut strategi pembelajaran, pemanfaatan media, tempat duduk, dan lain-lain.
Penyelenggaraan evaluasi hasil belajar. Evaluasi hasil belajar berguna untuk mendapatkan umpan balik bagi guru tentang tercapainya tujuan pembelajaran.
Laporan hasil pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh oleh siswa harus dilaporkan kepada orang tua atau wali murid. Laporan kepada orang tua atau wali murid ini bisa disebut rapor.
Kegiatan bimbingan dan penyuluhan. Kegiatan bimbingan dan penyuluhan ditujukan bagi seluruh peserta didik disekolah tanpa terkecuali. Bimbingan dan penyuluhan tidak hanya untuk siswa yang bermasalah saja tetapi semua siswa, termasuk siswa yang berprestasi.
Komponen-Komponen Kurikulum
Kurikulum dapat diumpamakan sebagai suatu organisme manusia ataupun binatang, yang memiliki susunan anatomi tertentu. Unsur atau komponen-komponen dari anatomi tubuh kurikulum yang utama adalah tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian dan media, serta evaluasi.Keempat komponen tersebut berkaitan erat satu sama lain. Suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian ini meliputi dua hal. Pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi, dan perkembangan masyarakat. Kedua kesesuaian antara komponen-komponen kurikulum, yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses sesuai dengan isi dan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan tujuan kurikulum.
Tujuan; Tujuan kurikulum dirumuskan berdasarkan dua hal. Pertama perkembangan tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat. Kedua, didasari oleh pemikiran-pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofis, terutama falsafah negara.
Bahan Ajar; siswa belajar dalam bentuk interaksi dengan lingkungannya, lingkungan orang-orang, alat-alat dan ide-ide. Tugas utama seorang guru adalah menciptakan lingkungan tersebut, untuk mendorong siswa me-lakukan interaksi yang produktif dan memberikan pengalaman belajar yang dibutuhkan.
Media mengajar; merupakan segala macam bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar.
Evaluasi pengajaran; Komponen utama selanjutnya adalah rumusan tujuan, bahan ajar, strategi mengajar, dan media mengajar adalah evaluasi dan pe-nyempurnaan. Evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan. Tiap kegiatan akan memberikan umpan balik, demikian juga dalam pencapaian tujuantujuan belajar dan proses pelaksanaan mengajar. Umpan balik tersebut digunakan untuk mengadakan berbagai usaha penyempurnaan baik bagi penentuan dan perumusan tujuan mengajar, penentuan sekuens bahan ajar, strategi, dan media mengajar.
Proses Manajemen Kurikulum
Perencanaan Kurikulum
Perencanaan kurikulum adalah suatu proses sosial yang kompleks dan menuntut berbagai jenis tingkat pembuatan keputusan kebutuhan untuk mendiskusikan dan mengkoordinasikan proses penggunaan model-model aspek penyajian kunci. Sebagaimana pada umumnya rumusan model perencanaan harus berdasarkan asumsi-asumsi rasionalitas dengan pemrosesan secara cermat. Proses ini dilaksanakan dengan pertimbangan sistematik tentang relevansi pengetahuan filosofis (isu-isu pengetahuan yang bermakna), sosiologis (argumen-argumen kecenderungan sosial), dan psikologi (dalam menentukan urutan materi pelajaran).
Kegiatan inti pada perencanaan adalah merumuskan isi kurikulum yang memuat seluruh materi dan kegiatan yang dalam bidang pengajaran, mata pelajaran, masalah-masalah, proyek-proyek yang perlu dikerjakan. Isi kurikulum dapat disusun sebagai berikut:
Bidang-bidang keilmuan yang terdiri atas ilmu-ilmu sosial, administrasi, ekonomi, komunikasi, IPA, matematika, dan lain-lain.
Jenis-jenis mata pelajaran disusun dan dikembangkan bersumber dari bidang-bidang tersebut sesuai dengan tuntutan program.
Tiap mata pelajaran dikembangkan menjadi satuan-satuan bahasan atau standar kopetensi dan kopetensi dasar.
Tiap-tiap mata pelajaran dikembangkan dalam bentuk silabus.
Dari rumusan perencanaan di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum itu tidak hanya memuat pada rangkaian susunan mata pelajaran, tetapi juga memuat seluruh aspek kegiatan pendidikan dan pendukung-pendukungnya. Hanya saja dalam perumusan lebih banyak difokuskan pada perencanaan pengajaran dengan menyusun materi ajar. Karena materi pelajaran adalah sesuatu yang dianggap sangat urgen dalam kurikulum. Maka dalam perumusanya juga sangat diperlukan adanya landasan yang kokoh untuk sebagai pedoman.
Pengorganisasian dan Pelaksanaan Kurikulum
Manajemen pengorganisasian dan pelaksanaan kurikulum adalah berkenaan dengan semua tindakan yang berhubungan dengan perincian dan pembagian semua tugas yang memungkinkan terlaksana. Dalam manajemen pelaksanaan kurikulum bertujuan supaya kurikulum dapat terlaksana dengan baik. Dalam hal ini manajemen bertugas menyediakan fasilitas material, personal dan kondisi-kondisi supaya kurikulm dapat terlaksana.
Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua:
Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, dalam hal ini langsung ditangani oleh kepala sekolah. Selain dia bertanggung jawab supaya kurikulum dapat terlaksana di sekolah, dia juga berkewajiban melakukan kegiatan-kegiatan yakni menyusun kalender akademik yang akan berlangsung divsekolah dalam satu tahun, menyusun jadwal pelajaran dalam satu minggu, pengaturan tugas dan kewajiban guru, dan lain-lain yang berkaitan tentang usaha untuk pencapaian tujuan kurikulum.
Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, yang dalam hal ini dibagi dan ditugaskan langsung kepada para guru. Pembagian tugas ini meliputi; (1) kegiatan dalam bidang proses belajar mengajar, (2) pembinaan kegiatan ekstrakulikuler yang berada diluar ketentuan kurikulum sebagai penunjang tujuan sekolah, (3) kegiatan bimbingan belajar yang bertujuan untuk mengembangkan potensi yang berada dalam diri siswa dan membantu siswa dalam memecahkan masalah.
Pemantauan dan Penilaian Kurikulum
Pemantauan kurikulum adalah pengumpulan informasi berdasarkan data yang tepat, akurat, dan lengkap tentang pelaksanaan kurikulum dalam jangka waktu tertentu oleh pemantau ahli untuk mengatasi permasalahan dalam kurikulum. Pelaksanaan kurikulum di dalam pendidikan harus dipantau untuk meningkatkan efektifitasnya. Pemantauan ini dilakukan supaya kurikulum tidak keluar dari jalur. Oleh sebab itu seorang yang ahli menyusun kurikulum harus memantau pelaksanaan kurikulum mulai dari perencanaan sampai mengevaluasinya.
Secara garis besar pemantauan kurikulum bertujuan untuk mengumpulkan seluruh informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan dalam memecahkan masalah. Dalam tataran praktis, pemantauan kurikulum memuat beberapa aspek, yaitu sebagai berikut: a. Peserta didik; b. Tenaga pengajar; c. Media pengajaran; d. Prosedur penilaian; e. Jumlah lulusan.
Perbaikan Kurikulum
Kurikulum suatu pendidikan itu tidak bisa bersifat selalu statis, akan tetapi akan senantiasa berubah dan bersifat dinamis. Hal ini dikarenakan kurikulum itu sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan yang menuntutnya untuk melakukan penyesuaian supaya dapat memenuhi permintaan. Permintaan itu baik dikarenakan adanya kebutuhan dari siswa dan kebutuhan masyarakat yang selalu mengalami perkembangan dan pertumbuhan terus menerus.
Perbaikan kurikulum intinya adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang dapat disoroti dari dua aspek; proses, dan produk. Kriteria proses menitikberatkan pada efisiensi pelaksanaan kurikulum dan sistem intruksional, sedangkan kualitas produk melihat pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai dan output (kelulusan siswa).
Berkaitan dengan prosedur perbaikan, seluruh komponen sumber daya manusiawi, seperti: administrator, pemilik sekolah, kepala sekolah, guru-guru, siswa, serta masyarakat mempuanyai sangat berperan besar. Tanggung jawab masing-masing harus dirumuskan secara jelas. Selain itu aspek evaluasi juga harus dikaji sejak awal perencanaan program perbaikan kurikulum. Dengan evaluasi yang tepat dan data informasi yang akurat akan sangat diperlukan dalam membuat keputusan kurikulum dan intruksional.
Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Manajemen Kurikulum
Dalam kurikulum terdapat sejumlah hal yang mendukung terhadap proses menejemen kurikulum, antara lain dapat dikemukakan dibawah ini:
Faktor peserta didik, kurikulum dikembangkan dan didesain sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta didik, maka pola yang digunakan berpusat pada bahan ajar berupa isi atau materi yang akan diajarkan kepada peserta didik.
Faktor sosial budaya, kurikulum disesuaikan dengan tuntunan dan tekanan serta kebutuhan masyarakat yang berbeda-beda.
Faktor politik dalam manajemen kurikulum merupakan hal yang berpengaruh karena politik yang melandasi arah kebijakan dari pengembangan kurikulum itu sendiri.
Faktor ekonomi memiliki pengaruh yang cukup besar karena dapat mengembangkan sekaligus mendorong pola pengembangan kurikulum mulai dari tingkat atas sampai tingkat bawah, mulai dari pelaku kebijakan sampai pada pelaku di lapangan ( di sekolah-sekolah ).
Faktor perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor pendukung dalam pengembangan kurikulum disebabkan pola fikir masyarakat pun yang semakin komplek dalam perkembangan teknologi sehingga dituntut untuk dapat melihat dan menyesuiakan dengan perubahan-perubahan yang terjadi didalam masyarakat.
Pendidikan di Indonesia diarahkan untuk menciptakan suatu individu atau masyarakat yang memiliki sikap kemandirian sehingga tertanam sebuah keterampilan dan pengetahuan yang baik yang dapat menunjang kehidupan dirinya sendiri maupun orang disekitarnya. Tetapi pada kenyataannya di lapangan pendidikan di Indonesia kurang terpola dengan baik dan kurang jelas arah tujuannya, hal tersebut terkait erat dengan hambatan-hambatan yang terjadi pada manajemen kurikulum itu sendiri, hal itu dapat dilihat dari:
Ketidaksinambungan dan ketidaksinergian antara pendidik yang ada di lapangan dengan pendidik yang memberikan kebijakan di atasnya.
Keterbatasan akan sarana dan prasarana.
Lemahnya pengawasan guru di lapangan yang menyebabkan tingkat kedisiplinan cukup rendah.
Kualifikasi pendidikan guru yang tidak sesuai dengan bidangnya, yang berujung pada tingkat profesionalisme guru dalam kegiatan pembelajaran atau penyampaian materi pelajaran.
J. Perbandingan Kurikulum 2013 dengan KTSP 2006
Tema Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dapat menghasilkan insan Indonesia yang: produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Beberapa keunggulan kurikulum ini telah dibahas dalam subbab terdahulu, namun demikian untuk lebih memantapkan pemahaman tentang inovasi kurikulum ini dirasakan perlu untuk mengkaji dan menganalisis beberapa hal mendasar yang dikembangkan dalam kurikulum 2013.Oleh karena itu, dalam subbab ini disajikan secara khusus bagaimana perbandingan kurikulum 2013 dengan KTSP 2006.
Perbandingan Tata Kelola Pelaksanaan Kurikulum
Tabel 1.
Elemen
Ukuran Tata Kelola
KTSP 2006
Kurikulum 2013
Guru
Kewenangan
Hanpir mutlak
Terbatas
Kompetensi
Harus tinggi
Sebaiknya tinggi. Bagi yang rendah masih terbantu dengan adanya buku
Bebasan
Berat
Rendah
Efektivitas waktu untuk kegiatan pembelajaran
Rendah (banyak waktu untuk persiapan)
Tinggi
Buku
Peran Penerbit
Besar
Kecil
Variasi materi dan proses
Tinggi
Rendah
Variasi harga/bebas siswa
Tinggi
Rendah
Siswa
Hasil pembelajaran
Tergantung sepenuhnya pada guru
Tidak sepenuhnya tergantung pada guru, tetapi juga buku yang disediakan pemerintah
Pemantauan
Titik penyimpangan
Banyak
Sedikit
Besar penyimpangn
Tinggi
Rendah
Pengawasan
Sulit, hampir tidak mungkin
Mudah
Tabel 2.
Proses
Peran
KTSP 2006
Kurikulum 2013
Penyusunan Silbus
Guru
Hampir mutlak (dibatasi hanya SK-KD)
Pengembangan dari yang sudah dilaksankan
Pemerintah
Hanya sampai SK-KD
Mutlak
Pemerintah daerah
Supervisi penyusunan
Supervisi pelaksanaan
Penyediaan Buku
Penerbit
Kuat
Lemah
Guru
Hampir mutlak
Kecil, untuk buku pengayaan
Pemerintah
Kecil, untuk penggunaan di sekolah
Mutlak untuk buku teks, kecil untuk buku pengayaan
Penyusunan RPP
Guru
Hampir mutlak
Kecil, untuk pengembangan dari yang ada pada buku teks
Pemerintah Daerah
Supervisi penyusunan dan pemantauan
Supervisi pelaksanaan dan pemantauan
Pelaksanaan Pembelajaran
Guru
Mutlak
Hampir mutlak
Pemerintah Daerah
Pemantauan kesesuaian dengan rencana (variatif)
Pemantauan kesesuaian dengan buku teks (terkendali)
Penjaminan Mutu
Pemerintah
Sulit, karena variasi terlalu besar
Mudah, karena mengarah kepada pedoman yang sama
Adapun langkah penguatan tata kelola dilakukan dengan: (1) Menyiapkan buku pegangan pembelajaran yang terdiri dari buku siswa, dan buku guru; (2) Menyiapkan guru supaya memahami pendayagunaan sumber belajar yang telah disiapkan dan sumber lain yang dapat mereka manfaatkan; (3) Memperkuat peran pendampingan dan pemantauan oleh pusat dan daerah dalam pelaksanaan pembelajaran.
Comments
Post a Comment