Makalah Teknik Amplifikasi, Reduksi, dan Deskripsi

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Komunikasi lintas bahasa dalam bentuk penerjemahan  di era globalisasi kini masih eksis,bahkan cenderung semakin penting. Kegiatan penerjemahan sesungguhnya bukan hal yang baru dalam peradaban manusia. Tak terkecuali kegiatan penerjemahan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Penerjemahan ini memiliki tujuan yaitu untuk meghasilkan suatu karya terjemahan yang  dapat menghadirkan makna yang paling dekat dengan makna bahasa sumber. Jadi,kegiatan penerjemahan berkisar pada upaya memproduksi padanan wajar yang paling dekat dengan pesan yang terdapat dalam bahasa sumber ke dalam bahasa penerima.(M.Zaka Al Farisi,2011:3)

Namun dalam proses penerjemahan kita sering menemukan berbagai masalah.Masalah-masalah tersebut ditemukan baik dalam  bentuk kosa katanya,susunan kalimatnya,serta keadaan sosial dari suatu bahasa yang bersangkutan.Dengan adanya berbagai masalah dari penerjemahan ini,penulis tertarik untuk membahas tentang “Metode Penerjemahan dari Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia”.

Makalah ini berusaha untuk mendeskripsikan tentang penerjemahan bahasa Arab ke bahasa Indonesia dengan memfokuskan pada pembahasan metode penerjemahan teknik dari Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia pada teknik Amplifikasi, Reduksi dan Deskripsi.

Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan tekhnik amplifikasi?

Apa yang dimaksud dengan tekhnik reduksi?

Apa yang dimaksud dengan tekhnik  deskripsi?

Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui tekhnik amplifikasi.

Untuk mengetahui tekhnik reduksi.

Untuk mengetahui tekhnik deskripsi.

BAB II

PEMBAHASAN

Teknik Amplifikasi

Dengan teknik amplifikasi (amplification), penerjemah dapat mengeksplisitkan atau memparafrase suatu informasi inplisit yang terdapat dalam bahasa sumber. Sebagai contoh dalam bahasa Arab, kata إله  dan ربّ   biasa diterjemahkan “Tuhan”. Padahal, kedua kata ini memiliki struktur semantik yang berbeda. Yang pertama Tuhan dalam pengertian yang wajib  di sembah atau diibadahi, sedang yang kedua Tuhan dalam pengertian yang memelihara dan mengatur. Agar struktur semantik kedua kata ini tercemirkan dalam terjemahan, penerjemahan bisa menggunakan teknik amplifikasi. Hasilnya, kata ربّ   diterjemahkan “Tuhan yang memelihara dan mengatur”. إله   diterjemahkan “Tuhan yang berhak disembah”.

Teknik Reduksi

Teknik reduksi (reduction) merupakan kebalikan dari teknik amplifikasi. Pemakaian teknik ini tampak pada pemadatan informasi teks bahasa sumber dalam bahasa target. Atau, boleh juga dalam bentuk perubahan informasi eksplisit teks bahasa sumber menjadi implisit dalam bahasa target. Konsekuensiya, mesti terdapat unsur-unsur linguistik yang dilesapkan dalam bahasa target.

    Setiap bahasa memiliki struktur yang khas dan unik. Struktur bahasa Arab, misalnya, sudah pasti berbeda dengan struktur bahasa Indonesia. Boleh jadi struktur baku bahasa Arab dipandang berlebihan dalam kaidah bahasa Indonesia. Boleh jadi sebuah fungsi dalam bahasa sumber tidak diperhatikan dalam bahasa target. Konsekuensinya, ada fungsi bahasa sumber yang mesti dihilangkan dalam abhasa target.

    Kondisi semacam ini menurut adanya penyesuaian. Praktik penyesuaian bisa berupa penghilangan unsur yang tidak diperlukan agar sealaras dengan struktur bahasa target. Maka penghilangan satu atau beberapa unsur linguistic bahasa sumber dalam bahasa target acap kali dilakukan penerjemah. Secara teoritis, penghilangan ini bisa dilakukan dengan menggunakan tekhnik reduksi.

    Tekhnik reduksi merupakan cara penerjemahan yang dilakukan dengan menghilangkan unsur gramatikal bahasa sumber dalam bahasa target. Dalam penerjemahan Arab-Indonesia, menurut Syihabuddin (2005), penggunaan tekhnik reduksi dapat terlihat pada pengurangan pola P-S menjadi P- tanda kurung menunjukkan bahwa keberadaan S dalam bahasa sumber bersifat implisit.

    Terkadang kalimat bahasa Arab yang berpola P-S atau P-(S) mesti direduksi S-nya, sehingga menjadi P saja dalam bahasa Indonesia. Jika unsur S dipertahankan, struktur terjemahan menjadi kurang berterima karena sudah disebutkan dalam konstituen inti atau sudah diketahui dari konteks kalimat. Kalimat imperative bahasa Arab meniscatakan adanya unsur S yang tersirat didalam verba. Sementara dalam bahasa Indonesia,seperti dikatakan Moeliono(1988:285), subjek yang umumnya berupa pronomia persona II mesti dihilangkan dari kalimat imperative. Penggunaan unsur S, baik yang tersirat maupun yang tersurat, perlu dilakukan dapat mengganggu kewajaran dan tidak menambah kejelasan.

    Sebagai contoh dalam surah Al-Baqarah ayat 223 terdapat penggalan فأتوا حر ثكم اني شئتم yang diterjemahkan “maka datangilah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki”. Dengan tekhnik reduksi, frase فأتوا cukup diterjemahkan menjadi “maka datangilah”, tanpa menghadirkan unsur S, yakni pronomina personal II jamak.  

Teknik Deskripsi

Deskripsi (description) ialah teknik penerjemahan yang dilakukan dengan cara mengganti suatu ungkapan atau istilah tertentu dengan mendeskripsikan bentuk dan fungsinya pemadanan bentuk atau fungsi bahasa sumber yang tidak dikenal dalam bahasa target bisa dilakukan dengan menggunakan kata generik sebagai item leksikal disertai dengan modifikasi. Dalam bahasa Arab, misalnya, terdapat banyak kosakata yang bertalian dengan unta. Sering kali kata-kata tersebut tidak memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, teknik deskripsi dapat menjadi pilihan dalam menangani penerjemahan kata-kata seperti itu. Sebagai contoh kata حُوَارٌ  bisa diterjemahkan “anak unta yang belum disapih”, اِبْنُ لَبُوْنٍ  “anak unta jantan berumur 2 tahun”, بِنْتُ لَبُوْنٍ  “anak unta betina berumur 2 tahun”, dan sebagainya.

Penggunaan teknik deskripi dilakukan dengan cara menjelaskan makna kata bahasa sumber kedalam bahasa target. Dengan teknik ini, sebuah kata bahasa sumber diterjemahkan menjadi frase, atau frase yang sederhana menjadi frase yang kompleks. Teknik ini, menurut Syihabudin (2005), dapat dicandrakan dalam beberapa pola. Pertama, penerjemah menjelaskan makna kata (Kt) bahasa sumber dengan sebuah frase (F) dalam bahasa target, yang telah terdiri atas beberapa kata(Kt+Kt). Cara ini bisa digambarkan dalam pola Kt => F (Kt+Kt). Sekedar contoh, الرّحيمُ (Kt) diterjemahkan menjadi Maha (Kt) dan penyayang (Kt).

Kedua, penerjemah menjelaskan makna kata(Kt) bahasa sumber dengan sebuah frase bertingkat satu (F1) dalam bahasa target yang terdiri atas dua kata (Kt+Kt). Cara yang bisa digambarkan dengan pola Kt  => F= F1 (Kt+Kt). Kata الحنيفُ umpamanya, diterjemahkan menjadi ‘orang yang lurus’ الحيُّ diterjemahkan menjadi ‘Yang Hidup Kekal’.

    Ketiga, penerjemah menyamakan sebuah kata (Kt) dengan kata lain (Kt) dalam bahasa sumber. Makna kedua kata ini lantas dijelaskan dengan sebuah frase (F) dalam bahsa target yang terdiri atas kata (Kt+Kt). Cara ini bisa digambarkan dalam pola Kt = Kt   => F (Kt+Kt). Dalam Al-Quran misalnya terdapat kata الخَبيرُ dan العليمُ penerjemah menyamakan makna kedua kata ini, sehingga keduanya diterjemahkan menjadi ‘Maha Mengetahui’.

    keempat, Kt => F= F1 {Kt = F2 (Kt+Kt)}. Contoh untuk pola ini tampak pada kata المحْسِنُوْنَ yang diterjemahkan manjadi frase ‘orang-orang yang berbuat kebajikan’.

    Dan kelima, penerjemah mendeskripsikan frase yang sederhan dalam bahasa sumber dengan frase yang kompleks dalam bahsa target. Cara ini bisa digambarkan dalam pola F =>  F bertingkat. Pemakaian pola ini misalnya, tampak dalam penerjemahan frase قَصِرتُ الطَّرْفِ, yang termaktup dalam surah Ar-Rahman (55) ayat 56, menjadi ‘bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangan’. Dalam bahasa Arab,  قَصِرتُ الطَّرْفِ termasuk murakkab idhafiy, dalam bahasa Indonesia, ‘bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangan’ merupakan frase nominal yang di dalamnya terkandung frase ajektival dengan pemodofikasi penegas.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Tekhnik amplifikasi adalah mengeksplisitkan atau memparafrase suatu informasi inplisit yang terdapat dalam bahasa sumber.

2. Teknik reduksi (reduction) merupakan kebalikan dari teknik amplifikasi. Pemakaian teknik ini tampak pada pemadatan informasi teks bahasa sumber dalam bahasa target

3. Deskripsi (description) ialah teknik penerjemahan yang dilakukan dengan cara mengganti suatu ungkapan atau istilah tertentu dengan mendeskripsikan bentuk dan fungsinya pemadanan bentuk atau fungsi bahasa sumber yang tidak dikenal dalam bahasa target bisa dilakukan dengan menggunakan kata generik sebagai item leksikal disertai dengan modifikasi

DAFTAR PUSTAKA

Zaka, M Al Farisi . 2014. Pedoman penerjemah Arab Indonesia. Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA.

Comments

Popular posts from this blog

Makalah Pengelolaan Kelas

Makalah Ilmu Badi' Balaghah

Makalah Al-Istikhfam dan Al-Istihrad